Baru-baru ini perhatian masyarakat Indonesia sedang tertuju ke Situs Gunung Padang. Terlebih lagi setelah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengunjungi situs ini beberapa waktu lalu. Situs Gunung Padang terletak di perbatasan Dusun Gunung Padang dan Panggulaan, Desa Karyamukti, Kecamatan Campaka, Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat. Laporan pertama mengenai keberadaan situs ini dimuat pada Rapporten van de Oudheidkundige Dienst (ROD : “Buletin Dinas Kepurbakalaan”) tahun 1914. Sejarawan Belanda, N.J. Krom, juga telah menyinggungnya pada tahun 1949.
Naskah Bujangga Manik dari abad ke-16, menyebutkan suatu tempat yaitu “kabuyutan” (tempat leluhur yang dihormati oleh orang Sunda) di hulu Ci Sokan, sungai yang diketahui berhulu di sekitar tempat ini. Menurut legenda, Situs Gunung Padang merupakan tempat pertemuan secara berkala semua ketua adat dari masyarakat Sunda Kuna. Hingga sekarang situs ini juga masih dipakai oleh kelompok penganut agama asli Sunda untuk melakukan pemujaan.
Situs Gunung Padang yang terletak sekitar 50 kilometer dari Kota Cianjur ini, konon merupakan situs megalitik paling besar di Asia Tenggara dan merupakan situs megalitik berbentuk punden berundak yang terbesar di Asia Tenggara. Punden berundak Gunung Padang dibangun dari batuan vulkanik masif yang berbentuk persegi panjang. Bangunannya terdiri dari lima teras dengan ukuran berbeda-beda. Bentuk bangunan punden berundaknya mencerminkan tradisi megalitik (mega berarti besar dan lithos artinya batu) seperti yang banyak dijumpai di beberapa daerah di Jawa Barat. Balok-balok batu yang jumlahya sangat banyak tersebut tersebar hampir menutupi bagian puncak Gunung Padang.
Situs Gunung Padang merupakan Punden Berundak yang tidak simetris, berbeda dengan punden berundak simetris lainnya yang ditemukan di Jawa Barat, seperti situs Lebak Sibedug di Banten Selatan dan Situs Paguyangan di Sukabumi. Situs Gunung Padang merupakan punden berundak tidak simetris yang menunjukkan bahwa pembangunan punden ini mementingkan satu arah saja, yakni ke mana bangunan ini menghadap.
Material penyusun punden berundak Gunung Padang adalah batu-batu besar andesit, andesit basaltik, dan basalt yang berbentuk tiang-tiang dengan panjang dominan sekitar satu meter, dan berdiameter dominan 20 cm. Tiang-tiang batuan tersebut mempunyai sisi-sisi membentuk segi-banyak dengan bentuk dominan membentuk tiang batu empat sisi (tetragon) atau lima sisi (pentagon). Setiap teras mempunyai pola-pola bangunan batu yang berbeda-beda, dengan fungsi yang berbeda pula. Teras pertama merupakan teras terluas dengan jumlah batuan paling banyak, teras kedua berkurang jumlah batunya, teras ke-3 sampai ke-5 merupakan teras-teras yang jumlah batuannya tidak banyak.
Batu-batu andesit Situs Gunung Padang tersebut hanya dapat ditemui di sekitar Gunung Padang. Begitu menyeberangi Kali Cikuta dan Kali Cipanggulaan, tidak ada lagi batu-batu besi seperti itu. Masyarakat setempat percaya bahwa batuan andesit itu terlebih dahulu diukir di satu tempat yang kini disebut Kampung Ukir dan dicuci di satu empang yang disebut Kampung Empang. Hingga kini di kedua kampung tersebut terhampar berserakan sisa-sisa ukiran batu purba seperti yang terdapat di Gunung Padang. Kampung Ukir dan Kampung Empang berada sekitar 500 meter arah tenggara Situs Megalitik Gunung Padang.
bersambung…