Rumah Sakit ini terletak di perkebunan teh PTPN VIII, yang secara administratif berada di Pangalengan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, dengan ketinggian 1514 m di atas permukaan air laut. Mengapa rumah sakit ini menggunakan nama Junghuhn?
Franz W. Junghuhn merupakan perintis penanaman kina di Indonesia. Ia merintisnya di sejumlah daerah pegunungan di Wilayah Priangan Jawa Barat mulai tahun 1830. Belakangan, usaha yang dirintisnya itu mampu membawa harum nama daerah Priangan, bahkan sempat menjadi pemasok utama kina dunia sampai menjelang Perang Dunia II, sebelum akhirnya usaha kina Jawa Barat kemudian jauh mengalami kemunduran.
Ilmuwan sekaligus pencinta alam yang berkebangsaan Jerman ini, lahir di Mansfeld tahun 1809. Beliau diketahui sangat mencintai alam daerah Priangan. Di hari tuanya, Franz W. Junghuhn hidup tenang bersama anak dan istrinya di Jayagiri yang terletak di Lereng Gunung Tangkubanperahu, Lembang, Bandung, sampai meninggal tahun 1864 dan dimakamkan di sana.
Sebagai penghargaan atas nama besar dan jasa Franz W. Junghuhn, namanya diabadikan untuk sebuah perkebunan dan rumah sakit di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, yaitu Perkebunan Pasir Junghuhn (kini bagian dari Perkebunan Purbasari) dan Rumah Sakit Pasir Junghuhn, yang kini dikelola PTPN VIII.
Rumah Sakit Pasir Junghuhn merupakan sebuah kompleks bangunan. sebagian besar bangunan berupa bangunan memanjang yang difungsikan sebagai kamar rawat inap pasien. Bangunan-bangunan tersebut didirikan pada kondisi tanah yang berkontur, sehingga sebagian bangunan mempunyai ketinggian yang mengikuti ketinggian permukaan tanah. Pada bangunan-bangunan yang berdenah memanjang mempunyai atap dari seng dengan bagian tepi yang dipanjangkan sehingga membentuk lorong yang disangga oleh tiang-tiang kayu. Bagian dinding didominasi oleh jendela-jendela kaca berukuran besar. Terdapat satu buah bangunan yang terpisah dari kelompok bangunan yang difungsikan sebagai kamar perawatan. Bangunan ini pada bagian depan (fasade) secara garis besar terdiri dari tiga bagian, yaitu bagian atas terbuat dari kontruksi dinding tembok, bagian tengah pasangan pintu dan jendela, dan bagian bawah konstruksi dinding tembok yang dilapisi dengan masonry atau batu ekspose. Unsur batu ekspose cukup mendominasi bangunan ini. Pada bagian tengah terdapat pintu masuk utama dengan teras yang mempunyai kanopi. Jendela berkonstruksi dari kayu dan kaca. Pada bagian fasade bangunan, terdapat jendela yang mempunyai aksen unik, yaitu bagian jendela ini ditonjolkan ke arah luar dinding.