oleh Panggah Ardiyansyah
*Artikel ini dirangkum dan disadur kedalam Bahasa Indonesia dari Soekmono, “Serat Centhini and the rejected Buddha from main stûpa of Borobudur”, dalam Fruits of Inspiration: Studies in Honour of Prof. J.G. de Casparis, ed. Marijke J. Klokke dan Karel R. van Kooij (Groningen: Egbert Forsten, 2001, hlm. 475-85.
Ketika Theodoor van Erp memimpin rekonstruksi Candi Borobudur dari tahun 1907 sampai dengan tahun 1911, dia menemukan sebuah arca Buddha unfinished di dalam stupa induk. Walaupun dia yakin atas keaslian arca tersebut, Pemerintah Hindia Belanda memberikan instruksi untuk memindahkan arca tersebut berdasarkan pertimbangan dari N.J. Krom – yang juga didukung oleh F.D.K. Bosch – bahwa arca unfinished Buddha bukan merupakan bagian dari stupa induk. Pendapat ini kemungkinan berdasar dari tidak disebutnya keberadaan arca tersebut dalam The History of Java yang ditulis oleh Thomas Stamford Raffles pada tahun 1817, yang kemudian diperkuat oleh laporan Friederich bahwa ketika stupa induk dibuka oleh Hartmann pada tahun 1842, yang ditemukan didalamnya hanya arca Siwa berukuran kecil dan beberapa koin emas. Selain itu Hoepermans pada tahun 1864 mencatat adanya rumor yang mengatakan bahwa Bupati Magelang sengaja memindahkan arca unfinished Buddha kedalam stupa induk untuk menyenangkan Hartmann, sehingga ketika dilakukan penggalian seolah-olah akan mendapatkan penemuan penting.
Namun disamping beberapa laporan tersebut, terdapat juga catatan-catatan lainnya yang justru berkebalikan dan mendukung keberadaan arca unfinished Buddha didalam stupa induk Candi Borobudur. Ketika F.C. Wilsen membuat sketsa relief dan arsitektur Borobudur pada tahun 1849-53, dia mengabarkan adanya sebuah arca Buddha yang belum selesai dipahat didalam stupa induk. Ukuran arca tersebut kira-kira sama dengan ukuran ratusan arca Buddha lainnya. Kabar ini dibenarkan dan divalidasi oleh J.F.G. Brumund yang saat itu ditugaskan untuk menyusun deskripsi lengkap tentang Borobudur. Sementara itu, walaupun menjalankan instruksi Pemerintah terkait pemindahan arca unfinished Buddha, van Erp sendiri melalui kalkulasi teknis terkait tinggi dan ukuran lubang didalam stupa induk meyakini bahwa tidak mungkin arca tersebut dimasukkan kedalam stupa induk berabad-abad setelah Candi Borobudur dibangun. Argumen ini diperkuat oleh kajian yang dilakukan oleh van Lohuizen de-Leuuw yang menunjukkan bahwa Sieburg juga pernah mencatat keberadaan lokasi asli dari arca unfinished Buddha berada didalam stupa induk. Perbedaan laporan dan opini inilah yang kemudian menyebabkan perdebatan sampai dengan saat ini tentang apakah arca unfinished Buddha memang benar adanya berasal dari dalam stupa induk.
Unfinished Buddha Borobudur dalam Serat Centhini (2)