Stupika Borobudur (2)
Tipologi dari stupika Borobudur dapat dibedakan dengan melihat bentuk anda-nya. Tipe I mempunyai anda yang menyerupai genta dan bagian dasarnya miring, sedangkan Tipe II menggunakan anda yang berenda seperti halnya stupa berlubang di Candi Borobudur. Tipe III mempunyai bentuk yang mirip dengan stupa pagar langkan di Candi Borobudur, dimana bentuk anda-nya lebih tinggi serta dikelilingi 8 stupika perwara. Dari tipologi tersebut, stupika Borobudur paling banyak memiliki bentuk Tipe III. Namun masih harus dianalisis lebih lanjut apakah Tipe III ini memiliki signifikansi religious terkait dengan keberadaan Candi Borobudur.
Material tanah liat untuk membuat stupika Borobudur telah dianalisis di Laboratorium Borobudur, Proyek Pemugaran Candi Borobudur. Hasil investigasi ini menunjukkan bahwa materialnya berwarna coklat kekuningan, dimana tanah liat seperti ini banyak dijumpai di sekitar perbukitan Menoreh. Oleh karena ini, dapat diketahui bahwa stupika ini dibuat secara lokal di lokasi sekitar Candi Borobudur. Analisis ini juga sama dengan artefak pecahan gerabah yang juga ditemukan di lokasi yang hampir bersebelahan dengan temuan stupika.
Selain stupika, tablet bergambar Buddha, dan gerabah, penyelidikan arkeologis pada tahun 1974 tersebut juga menemukan lima guci terracotta dan lembaran perak yang sudah tergulung dan tidak dapat dibuka kembali. Sekitar 500 buah keramik China juga ditemukan dalam bentuk wadah air, piring dan mangkok yang kemungkinan berasal dari jaman awal, tengah dan akhir periode Tang serta awal periode Sung.
Dari periodisasi tersebut, dapat disimpulkan bahwa sampel keramik China berasal dari abad ke-8 s.d. 10 M. Maka berdasarkan penanggalan dari stupika dan keramik China tersebut, Candi Borobudur kemungkinan tidak lagi digunakan untuk acara keagamaan sejak abad ke-10 M. Kesimpulan ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa pusat pemerintahan Mataram pada waktu itu berpindah dari Jawa bagian tengah ke bagian timur.