Stabilisasi artefak besi merupakan tahap lanjutan kegiatan konservasi setelah proses pembersihan, bertujuan untuk mencegah korosi lanjutan. Setelah proses pembersihan dan pengeringan selesai, artefak besi direndam dalam larutan inhibitor. Inhibitor korosi yang sering digunakan dalam proses stabilisasi artefak besi adalah tanin.
Hal ini diangkat menjadi tema pemagang mahasiswi Fakultas Sains dan Matematika Universitas Diponegoro, dengan Judul “Stabilisasi dan Pelapisan Artefak Besi Dengan Tanin dan Kitosan”. Tujuan yang ingin dicapai dari pemagangan ini adalah untuk mengetahui stabilisasi logam dengan inhibitor tanin pada sampel artefak besi. Serta mengetahui efektivitas kitosan sebagai pelapis (coating) korosi pada sampel artefak besi.
Tahapan Stabilisasi Artefak Besi
Magang dilaksanakan selama kurang lebih 1 bulan. Diawali dengan studi literatur dan penjelasan oleh pendamping magang yang berada di Lab. Kimia Balai Konservasi Borobudur. Dilanjutkan dengan pembuatan inhibitor korosi menggunakan tanin. Tanin 10gram dilarutkan dengan etanol 90%, diaduk hingga homogen dan disaring menggunakan kertas saring untuk mendapatkan filtrat. Sampel logam kemudian direndam filtrat tanin selama satu hari dengan ditutup menggunakan plastic wrap untuk menghindari terjadinya penguapan etanol. Setelah sehari, plastik wrap dibuka dan sampel logam dipisahkan. Sampel logam cukup dikeringkan diruang terbuka karena etanol yang terkandung mudah menguap.
Didapat hasil setelah pemberian tanin, sampel logam menjadi berwarna hitam pekat. Hal ini disebabkan karena sifat fisik dari tanin yang berwarna kuning hingga cokelat terang dan akan menjadi gelap apabila terkena cahaya langsung atai dibiarkan ruang terbuka. Setelah dilakukan pengamatan pada 2 sampel logam, yaitu sampel logam temuan air Sungai Bengawan Solo belum treatment dan sampel logam unknown tidak muncul korosi aktif. Sedangkan 2 sampel logam lainnya, yaitu sampel logam temuan air Sungai Bengawan Solo sudah ditreatment dan sampel logam temuan darat Gunung Kidul masih muncul korosi aktif. Hal ini dapat disebabkan beberapa hal, seperti pembersihan sebelumnya yang belum sempurna, terlalu lama dibiarkan diruang terbuka sehingga terlalu banyak interaksi dengan oksigen, dan pemberian tanin yang kurang merata.