You are currently viewing Melihat Lebih Dekat Makam Belanda (Kerkhoff) Bojong di Mendut dan Nilai Pentingnya

Melihat Lebih Dekat Makam Belanda (Kerkhoff) Bojong di Mendut dan Nilai Pentingnya

Dalam Kawasan Cagar Budaya Borobudur, tidak hanya dapat ditemukan berbagai tinggalan bersejarah pada masa Hindu-Buddha, tetapi juga bahkan pada masa Kolonial, yaitu Kerkhoff Bojong di Mendut. Lokasi cagar budaya ini sangat unik, karena diantara berbagai cagar budaya yang berasal dari masa Hindu-Buddha di Kawasan Borobudur, hanya Kerkhoff Bojong yang merupakan situs cagar budaya yang berasal dari masa Kolonial. Lantas, mengapa bisa ada makam Belanda di Kawasan Borobudur dan apa nilai pentingnya?

Makam Belanda (Kerkhoff) Bojong merupakan cagar budaya yang ditetapkan melalui Keputusan Bupati Magelang Nomor: 180.182/317/KEP/23/2015 tentang Penetapan Bangunan dan Situs Cagar Budaya di Kabupaten Magelang. Menurut Sutoyo dalam Ardiansyah (2019) Kerkhoff Bojong berkaitan erat dengan sekolah Katolik putri yang pernah berdiri di sebelah Candi Mendut. Groneman (1912) dalam bukunya “Ruins of Buddhistic Temples in Progo Valley” pernah menyebutkan sekolah ini.

Keterkaitan Kerkhoff Bojong dan Sekolah Katolik Putri di Mendut

Sisa Gapura sekolah putri dan gereja di Mendut

Dalam penelusuran sejarahnya, sekolah Katolik putri di Mendut didirikan atas Jesuit di Jawa oleh Rm. Petrus Hoevenaars SJ dan Rm. G.J.M. van Lith SJ. Lokasi sekolah sengaja dipilih di daerah pedesaan, dan bukan perkotaan, untuk menghindari konflik dengan Calvinisme (Kristen Protestan) yang lebih dipilih sebagai agama resmi keluarga kerajaan Belanda, dan juga telah melaksanakan misi agama di berbagai kota di wilayah Hindia Belanda. Pada tahun 1904, Romo Hoevenaars dipindah ke Cirebon dan diganti oleh Rm. Johannes Aloysius Schrader SJ (Steenbrink dalam Ardiansyah, 2019). Romo Schrader sendiri meninggal pada tahun 1905 dan dimakamkan di Kerkhoff Mendut. Kerkhoff ini sangat khas karena karena posisi kepala jenazah berada di sebelah selatan, sedangkan biasanya posisi kepala di sebelah utara.

Pada Masa Kemerdekaan, sekolah putri Mendut mengalami kemunduran dan perlahan hilang dari ingatan masyarakat umum karena bangunan ini dihancurkan oleh penduduk ketika terjadi agresi militer II pada tahun 1948. Karena bangunannya tidak dapat digunakan lagi, sekolah dipindah ke Ambarawa beserta dengan pemindahan makam tiga orang suster. Karena penghancuran tersebut, misa dilaksanakan di Balai Paroki. Tahun 1955, Kapel Santo Paulus didirikan di depan lokasi sekolah putri Mendut yang selanjutnya menjadi Gereja Sapta Duka Bunda Maria. Sedangkan, lokasi sekolah putri Mendut kini diubah menjadi Vihara Mendut dengan bagian selatannya dimiliki oleh warga perseorangan.

Saat ini, Kerkhoff Mendut dikelola dan dirawat oleh pengurus makam di bawah Paroki Borobudur. Misa arwah pun rutin digelar pada minggu pertama November. Di samping itu, Seminari Mertoyudan juga melaksanakan misa arwah setiap tanggal 2 November bergiliran di dua tempat, yaitu di Kerkhoff Mendut dan di Kerkhoff Muntilan, sebagai penghormatan bagi penyebaran agama Katolik melalui pendirian sekolah di dua lokasi tersebut.

Makam Belanda (Kerkhoff) Bojong

Makam-makam yang berusia paling singkat berusia 50 tahun berjumlah 19 buah. Terdapat delapan makam yang memiliki angka tahun di nisanya, diantaranya:

  1. R.P. Joh. Aloys. Schraeders S.J. (16 Desember 1905)
  2. Marta Lauw (18 Mei 1951)
  3. Barbara Tangiting (20 Agustus 1927)
  4. Maria Lauw (30 Agustus 1936)
  5. Magdalena Lauw (19 Oktober 1938)
  6. Anna Lauw (11 Februari 1939)
  7. Joesop Lauw (15 Juni 1926)
  8. Joesep Lauw (30 Agustus 1947)

Nilai Penting Kerkhoff Bojong

Makam Belanda (Kerkhoff) Bojong di Mendut merupakan jejak sejarah perkembangan lansekap Borobudur dari periode akhir abad ke-19 M sampai dengan sekarang, khususnya mengenai sejarah misi Jesuit di Pulau Jawa, pergolakan dan revolusi kemerdekaan RI, serta perkembangan komunitas Katolik di kawasan Magelang. R.P. Joh. Aloys. Schraeders S.J., yang merupakan Romo kedua di Mendut juga dimakamkan di situs ini (Ardiansyah, 2019).

Makam Belanda (Kerkhoff) Bojong di Mendut juga merupakan situs penting bagi kehidupan beragama Katolik di kawasan Magelang dan sekitarnya. Situs ini masih aktif digunakan bahkan dianggap sebagai ‘cikal bakal’ perkembangan agama Katolik di Magelang. Kerkhoff Bojong menjadi tempat napak tilas yang diwujudkan dalam misa arwah bagi komunitas Katolik di Magelang maupun dari tempat lainnya di Indonesia (Ardiansyah, 2019).

Makam Belanda (Kerkhoff) Bojong di Mendut juga memiliki makna sosio-kultural dan spiritual yang penting melalui kedekatan personal warga yang tinggal di sekitar situs-situs tersebut, baik berupa penanda kenangan masa lalu, bagian dari sejarah kehidupan personal, ruang komunal masyarakat, serta bukti keterlibatan masyarakat dalam perkembangan ilmu kepurbakalaan di Indonesia (Ardiansyah, 2019).

Referensi

Ardiansyah, P. 2019. Analisis Nilai Penting Situs-Situs di Kawasan Cagar Budaya Borobudur. Borobudur (13) 1: 55-82.

Balai Konservasi Borobudur. 2019. Menelisik Sejarah Jesuit Di Jawa Lewat Kerkhoff Bojong, Mendut. URL: https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bkborobudur/menelisik-sejarah-jesuit-di-jawa-lewat-kerkhoff-bojong-mendut/

Direktorat Cagar Budaya dan Permuseuman. https://cagarbudaya.kemdikbud.go.id/public/objek/newdetail/PO2018071201112/komplek-makam-belanda-kerkof-mendut