Pengenalan Candi Borobudur Pada Anak Tunagrahita Dengan Metode CTL
Candi Borobudur merupakan peninggalan nenek moyang bangsa Indonesia yang telah ditetapkan sebagai Warisan Dunia. Di Candi Borobudur pengunjung akan memperoleh informasi wawasan budaya seperti sejarah, bentuk bangunan candi, bagian-bagian dari candi, nilai budi pekerti yang terkandung pada relief dan sebagainya. Generasi muda sudah seharusnya mengenal, mencintai dan melestarikan Candi Borobudur semenjak dini termasuk anak berkebutuhan khusus penyandang tunagrahita.
Anak tunagrahita ringan adalah anak yang mempunyai IQ antara 50-70. Mereka masih mampu untuk berkembang dalam bidang pelajaran akademik, penyesuaian sosial, kemampuan bekerja, mampu menyesuaikan dengan lingkungan yang lebih luas, dapat mandiri di dalam masyarakat, mampu melakukan pekerjaan semi terampil dan pekerjaan sederhana.
Mengingat keterbatasan IQ yang dimiliki oleh anak tunagrahita ringan maka diperlukan metode pembelajaran dan media pembelajaran yang tepat sehingga materi yang diajarkan dapat dengan mudah difahami. Salah satu model pembelajaran yang diterapkan untuk anak tunagtrahita adalah model CTL (Contextual Teaching and Learning).
Model pembelajaran CTL adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan proses keterlibatan siswa secara penuh untuk menemukan materi yang dipelajarinya dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata, sehingga siswa didorong untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Dengan penerapan metode tersebut di dalam pembelajaran maka siswa akan merasa asyik ketika belajar tanpa ada beban. Model pembelajaran ini sangat tepat digunakan dalam pengenalan candi Borobudur kepada siswa tunagrahita.
Pelaksanaan model pembelajaran CTL tentang Candi Borobudur bagi siswa tunagrahita dimulai dari guru mengenalkan Candi Borobudur di sekolah. Selanjutnya siswa tunagrahita diajak berkunjung ke Candi Borobudur. Dengan berkunjung langsung ke Candi Borobudur maka siswa akan memperoleh pengalaman nyata yang sangat mengasyikan bagi mereka.
Pengetahuan tentang Candi Borobudur yang selama ini diterima di sekolah mereka buktikan dengan melihat secara langsung wujudnya. Dengan bantuan guru atau pemandu mereka dapat mengetahui bentuk Candi Borobudur, bagian –bagian candi seperti tangga, stupa, relief dan sejarah berdirinya candi.
Melalui pengalaman nyata selama berkunjung di Candi Borobudur, anak tunagrahita akan lebih mengenal, tumbuh rasa memiliki warisan budaya bangsa serta turut menjaga dan melestarikannya. Untuk mewujudkan hal tersebut di atas, maka perlu adanya sinergi antara dunia pendidikan luar biasa dan pihak pengelola Candi Borobudur.
Sumber:
http://bumipendidik.blogspot.com/2014/07/model-pembelajaran-ctl-contextual.html
http://nadhirin.blogspot.com/2010/03/model-pembelajaran-contextual-teaching.html
http://www.sarjanaku.com/2011/09/anak-tunagrahita-klasifikasi-dan.html