Konservasi Arsip Kertas dengan Metode Deasidifikasi dan Laminasi menjadi tema pemagangan dari mahasiswi Fakultas Sains dan Matematika Universitas Diponegoro. Kegiatan ini merupakan agenda rutin untuk menjaga kelestarian arsip Kertas. Seperti yang kita ketahui, arsip pemugaran Candi Borobudur telah diakui sebagai Memory of the World atau daftar ingatan dunia. Yang mana sebagaian besar berbahan kertas.
Keasaman adalah faktor utama perusak kertas, karena menyebabkan kertas menjadi kuning dan rapuh. Kertas yang memiliki derajat keasaman/pH 7 menunjukkan kertas normal atau netral. Sedangkan untuk mengetahui derajat keasaman pada kertas bisa menggunakan pH meter atau kertas pH. Dengan cara membasahi kertas dengan air suling pada satu titik, kemudian diukur menggunakan pH meter.
Tahapan Deasidifikasi Dan Laminasi
Deasidifikasi adalah cara untuk menetralkan asam pada kertas yang sedang merusak kertas dan memberi bahan penahan (buffer) untuk melindungi kertas dari pengaruh asam yang berasal dari luar. Bahan yang digunakan dalam kajian ini adalah magnesium karbonat(MgCO3). Senyawa ini dipilih karena kesederhanaan-kimia, murah, tingkat kecerahan tinggi, dan cocok diterapkan pada kertas.
Selanjutnya dilakukan proses Laminasi atau pemberian perkuatan pada arsip kertas menggunakan kertas tisu Jepang. Bertujuan untuk melapisi kertas pada bagian sisi bawah untuk memperkuat struktur kertas yang rapuh. Laminasi merupakan pemberian perkuatan menggunakan kertas tisu Jepang pada 2 sisi kertas, sedangkan jika hanya pada satu sisi kertas saja dinamakan lining. Kegiatan perkuatan kertas yang dilakukan menggunakan tisu jepang hanya dilakukan pada satu sisi saja yaitu halaman belakang untuk menjaga keaslian arsip kertas tersebut. Untuk menempelkan tisu jepang digunakan bahan perekat CMC (carboxyl methyl cellulose), CMCH (carboxyl methyl chitosan), dan starch (tepung pati). Penggunaan ketiga jenis perekat ini dilakukan untuk membandingkan bagaimana hasilnya jika digunakan untuk perekat tisu jepang dalam proses laminasi/lining.