You are currently viewing Konsultasi Kajian Pengendalian Tumbuhan Tingkat Tinggi

Konsultasi Kajian Pengendalian Tumbuhan Tingkat Tinggi

Konsultasi Kajian Pengendalian Tumbuhan Tingkat Tinggi

Balai Konservasi Borobudur (BKB) dalam salah satu tugas pokok dan fungsinya adalah melaksanakan kajian konservasi. Di tahun 2019 ini, tim kajian BKB diantaranya akan melakukan Kajian Pengendalian Tumbuhan Tingkat Tinggi (Ficus sp) di Candi Mendut. Senin, 22 Juli 2019 beberapa anggota tim kajian melakukan konsultasi dengan Dr. Kumala Dewi, M.Sc.St, selaku dosen di Laboratorium Plant Physiology Fakultas Biologi Universitas Gajah Mada. Konsultasi kajian pengendalian tumbuhan itu dilakukan agar  kajian yang dilaksanakan mendapatkan hasil yang optimal.

 

 

 

 

Di forum itu, tim kajian menyampaikan bahwa BKB memandang penting untuk memiliki metode atau teknik untuk mengendalikan tumbuhan tingkat tinggi yang beresiko mengancam kelestarian cagar budaya. Hal ini dilatarbelakangi oleh beberapa kasus kerusakan yang terjadi pada beberapa cagar budaya yang diakibatkan oleh tumbuhan tingkat tinggi (pohon). Sebagai contoh, beberapa arca dan batu lepas di Candi Sari Boyolali rusak akibat tertimpa pohon preh yang tumbang. Contoh yang lain adalah struktur dinding Candi Sukuh mengalami pembengkakan akibat akar pohon preh dan asam jawa yang menyusup ke dalam struktur candi. Potensi kerusakan akibat faktor biotis tersebut juga dapat terjadi di Candi Mendut mengingat terdapat pohon Dewata (Ficus sp) yang rimbun.

 

 

 

 

 

Pada tahun 2018, tim kajian Stabilitas Struktur Candi Mendut menemukan struktur akar di sebelah Timur Laut Candi Mendut pada kedalaman sekitar 40 cm. Selain itu, tim arkeologi UGM juga menemukan struktur akar di beberapa kotak ekskavasi pada tahun 2014. Akar tersebut diduga kuat merupakan akar tanaman Dewata, karena tidak ditemukan pohon besar lagi selain pohon Dewata. Atas dasar hal-hal tersebut, Dr. Kumala Dewi, M.Sc.St menyarankan selain digunakan barrier , treatment dengan Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) yang berfungsi menghambat biosintesis hormon giberelin, mengurangi asam absisat, etilen, dan asam indole-3 serta meningkatkan sitokinin mungkin bisa dilakukan.