Sejak dibangun sekitar abad VIII – IX Masehi, sampai dengan saat ini, Candi Borobudur telah mengalami dua kali pemugaran. Pemugaran pertama dilakukan oleh Theodore Van Erp dalam tahun 1907 – 1911 dan pemugaran kedua dilakukan oleh pemerintah Indonesia bekerjasama dengan UNESCO pada tahun 1973 – 1983. Permasalahan stabilitas struktural yang terjadi setelah pemugaran pertama (kemiringan dinding), pada pemugaran kedua ini nampaknya telah terselesaikan, namun demikian masih terjadi pelapukan yang belum sepenuhnya dapat teratasi. Kondisi nat-nat pada lantai selasar saat ini tidak semuanya tertutup oleh mortar pemugaran I. Hal ini disebabkan oleh aktifitas pemasangan pipa beton sebagai saluran drainase dari tubuh candi menuju ke bak kontrol di lereng bukit Candi Borobudur yang dilakukan pada saat pemugaran II. Kegiatan pemasangan pipa beton saluran drainase tersebut dilakukan dengan membongkar sebagian batu-batu pada lantai selasar, yang pada saat pengembalian batu-batu tersebut ke tempat semula tidak disertai dengan penutupan nat. Sehingga apabila terjadi hujan, maka air hujan akan langsung dapat meresap ke dalam tubuh selasar. Akibatnya dapat dimungkinkan apabila air hujan bertemu dengan pipa beton saluran drainase akan terjadi reaksi kimia yang pada akhirnya dapat menimbulkan endapan garam. Endapan garam tersebut secara pelan namun pasti akan membuat batu-batu di sekitar saluran drainase menjadi rapuh. Selain itu, adanya air yang merembes pada dinding selasar dikarenakan nat yang terbuka akan menyebabkan tumbuhnya mikroorganisme. Mikroorganisme tersebut akan mempercepat kerusakan dan pelapukan batu penyusun struktur selasar. Melalui kajian ini akan dibahas pengaruh terbukanya nat selasar pada batu penyusun struktur selasar. Dikarenakan di bawah nat yang terbuka dijumpai saluran drainase yang terbuat dari beton.
Pelaksanaan kajian ini dilakukan di Candi Borobudur. Pembongkaran dilakukan pada bagian selasar Candi Boorobudur yang nat-nat batunya terbuka, yaitu pada sisi Barat Daya. Pada saat pembongkaran selasar juga dilakukan pengambilan sampel batu dan tanah di dalam selasar. Sampel batu dan tanah yang diambil berasal dari sekitar saluran drainase yang terbuat dari beton. Analisa terhadap sampel yang diambil dilakukan secara fisik dan kimia. Hal ini untuk mengetahui sebab-sebab kerusakan batu yang mungkin timbul akibat terbukanya nat pada selasar Candi Borobudur. Selanjutnya juga dilakukan percobaan pembuatan mortar tradisional yang sedianya akan digunakan untuk menutup nat selasar yang terbuka.
Berdasarkan hasil analisa fisik dan kimia dapat diambil kesimpulan bahwa terbukanya nat dapat berakibat buruk bagi batu penyusun struktur Candi Borobudur. Sehingga langkah yang dapat diambil berdasarkan kajian ini adalah penutupan kembali nat-nat selasar yang masih terbuka. Hal ini dikarenakan nat-nat selasar yang terbuka mengakibatkan masuknya air maupun kotoran-kotoran yang dapat menimbulkan pengaruh buruk pada batu penyusun struktur selasar Candi Borobudur.
Untuk artikel selengkapnya silahkan mengunduh disini