Balai Konservasi Borobudur (BKB) memiliki fungsi melakukan pengembangan metode dan teknik konservasi salah satunya dengan melakukan kajian terhadap permasalahan konservasi cagar budaya. Cagar budaya harus dilestarikan karena memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Salah satu jenis cagar budaya penting yang di temukan di Indonesia adalah lukisan dinding gua (Karst). BKB melaksanakan Kajian Konsolidan untuk Karst, sebagai panduan teknik konservasi ke depan dalam mengatasi permukaan yang rapuh atau mengelupas.
Sebagian lukisan dinding gua mengalami pelapukan yang mengkhawatirkan, karena usia dan faktor lain, seperti; kimia, fisika maupun biologi. Pelapukan yang terjadi berupa pengelupasan kulit karst, gerusan air, retakan, keausan, kerapuhan batuan dll. Laju pelapukan dalam beberapa dekade terakhir cukup pesat. Hal ini merupakan pengaruh iklim global dan sinar matahari. Gua yang berada pada lingkungan dekat jalan atau pemukiman teridentifikasi lebih banyak mengalami kerusakan/pelapukan..
Untuk menentukan seberapa urgen tindakan konservasi yang tepat, perlu mengetahui kondisi pelapukan yang terjadi. Sehingga, memperoleh metode konsolidasi apa yang sesuai untuk tindakan konservasi. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengembangan bahan konsolidan karst ini, antara lain : daya konsolidasi, ketahanan bahan konsolidan, kedalaman penetrasi, porositas batu, pergerakan kelembaban, kompatibilitas bahan konsolidan dengan batu, dan efek pada kenampakan.
Tindakan konservasi ini merupakan upaya untuk menghambat laju pelapukan yang terjadi. Telah dilakukan beberapa ujicoba tindakan konservasi yang dapat dimonitor dan dikembangkan lebih lanjut. Monitoring harus konsisten untuk dapat mendapatkan analisis lebih lanjut terhadap data yang diperoleh. Dalam melakukan konservasi juga harus mempertimbangkan adanya material “pop corn” pada permukaan yang diperlukan dalam dating.
Informasi selengkapnya dapat diunduh pada tautan berikut ini.