Kajian evaluasi Kebocoran Candi Borobudur menjadi penting, karena keborocoran menjadi salah satu ancaman pelestarian. Faktor yang mempengaruhinya adalah curah air hujan, karena Candi Borobudur terletak pada area terbuka. Penanganan kebocoran ini telah berlangsung sejak tahun 2003. Lalu bagaimana kondisi kebocoran pada tahun 2020 ? Pada kajian ini, akan membahas mengenai efektivitas penanganan kebocoran mulai dari tahun 2018.
Penanganan kebocoran pada tahun 2018 dilakukan pada bagian dasar pagar langkan. Kebocoran kemungkinan terjadi dari dinding pagar langkan yang tidak tertutup oleh lapisan timbal, karena berbatasan langsung dengan perkuatan beton pada lantai candi. Beberapa bagian candi sisi Barat telah dilakukan penanganan kebocoran sebanyak 2 kali. Penanganan kebocoran dapat dikategorikan juga dalam pemugaran parsial, karena untuk memasang lapisan timah dan pengolesan araldite/tar harus melepas batu-batu penyusun candi bagian pagar langkan hingga lantai.
Lapisan timah hitam akan mengalami keausan kemudian robek karena faktor cuaca. Hal tersebut dapat terlihat ketika penanganan kebocoran tahun 2018. Lapisan timah yang dipasang pada pemugaran tahap II mulai mengalami kerusakan, sehingga menyebabkan terjadinya rembesan air. Setelah lapisan timah hitam diganti, maka kemudian dioles dengan araldite/tar. Sekarang ini bahan araldite/tar mulai sulit untuk didapatkan karena isu lingkungan. Sebelum batu-batu penyusun candi diletakkan kembali dilakukan uji kebocoran. Uji kebocoran dilakukan dengan cara mengenangkan air pada lapisan timbal yang telah dioles araldite/tar.
Hasil kajian Kajian evaluasi Kebocoran Candi menemukan bahwa lapisan timah yang dipasang pada pemugaran tahap II rusak karena faktor umur, terbebani oleh batu, sengaja dilubangi untuk mempercepat proses penguapan. Penanganan kebocoran tahun 2020 menunjukkan tingkat efektivitas yang baik. Dari 268 titik kebocoran pada tahun 2018, berkurang menjadi 22 titik pada tahun 2020.
Penanganan kebocoran perlu dilakukan pada sisi Barat candi, mengingat masih terdapat rembesan-rembesan air setelah dilakukan penanganan kebocoran sebanyak 2 kali.