You are currently viewing Pemugaran Van Erp: Pengendalian Air

Pemugaran Van Erp: Pengendalian Air

Pemugaran Van Erp: Pengendalian Air

Pemugaran Van Erp telah menyadari pentingnya pengendalian air untuk menjaga kelestarian material dan structural candi. Air sebagai faktor utama yang menyebabkan pelapukan material dan kerusakan structural telah disadari, sehingga harus rencanakan agar tidak menjadi permasalahan lebih lanjut. Model pemugaran Van Erp didasarkan pada kebutuhan ini sekaligus mengembalikan arsitektural candi semaksimal mungkin.

Konsep pengendalian air pada konstruksi asli Candi Borobudur adalah mengalirkan air hujan pada permukaan bangunan. Air yang mengalir pada permukaan lantai dialirkan ke tingkat bawahnya melalui gargoyle (jaladwara). Pada saat terjadi hujan, direncanakan air akan mengalir pada permukaan batu, turun ke lantai, dan selanjutnya turun ke tingkat-tingkat dibawahnya hingga mengalir ke tanah halaman dan lereng bukit di bawah candi. Konsep ini diharapkan dapat mengendalikan air sehingga dapat menjaga stabilitas struktur. Dalam kenyataannya tidak semua air mengalir pada permukaan bangunan, ada yang masuk ke sela-sela batu maupun ke dalam batu melalui pori-porinya.

Candi Borobudur tersusun atas tatanan batu tanpa adanya spesi isian di antara batu. Meskipun pada pemugaran kedua ditemukan adanya tanah liat di antara batu-batu isian di bagian dalam. Beberapa ahli berpendapat bahwa tanah liat ini berfungsi sebagai bahan kedap air sehingga air yang masuk ke dalam struktur bangunan dapat diminimalkan. Pendapat ini tentu saja perlu diuji lebih lanjut kebenarannya. Sela-sela batu yang tidak berisi spesi ini menjadi celah masuknya air ke dalam struktur bangunan dan dapat menyebabkan tanah di bawah candi menjadi jenuh air. Hal inilah yang menyebabkan Candi Borobudur ditemukan dalam keadaan melesak, miring, dan sebagian runtuh

Secara umum konsep pengendalian air pada pemugaran Van Erp masih mengadopsi konsep asli. Air juga tetap dialirkan melalui permukaan bangunan, dan dialirkan ke tingkat di bawahnya melalui jaladwara. Berbagai modifikasi dilakukan agar air dapat dikendalikan sesuai perencanaan dan jumlah air yang masuk ke dalam bangunan dapat dikurangi. Cara yang digunakan untuk mengurangi jumlah air yang masuk adalah dengan memasang spesi mortar pada sela-sela batu. Semua celah batu pada permukaan horizontal diisi dengan mortar sehingga air tidak masuk ke dalam struktur bangunan. Tanah di bawah bukit diharapkan akan menjadi stabil, tidak jenuh air dan tidak lembek.

Sumber: Material Konservasi oleh Nahar Cahyandaru