You are currently viewing Internalisasi Pelestarian Candi Borobudur Melalui Media Seni (Lukis)

Internalisasi Pelestarian Candi Borobudur Melalui Media Seni (Lukis)

Internalisasi Pelestarian Candi Borobudur Melalui Media Seni (Lukis)

Kerjasama Balai Konservasi Borobudur-KSBI, 21 Juli 2019 

RILIS PERS

Candi Borobudur semenjak ditemukan kembali (1814) telah mengalami dua kali pemugaran. Pemugaran I (1907-1911) oleh Van Erp dan pemugaran II (1973-1983) oleh pemerintah Indonesia bersama Unesco. Candi Borobudur telah ditetapkan sebagai Warisan Dunia (World Heritage) oleh UNESCO pada tahun 1991 dengan nomor inventaris 592. Penetapan bersama dengan Candi Mendut dan Pawon, dengan nama resmi Borobudur Temple Compounds. Kompleks percandian ini dianggap memenuhi tiga kriteria Nilai Universal Luar Biasa, yaitu:

  • Kriteria (i), karena dengan strukturnya yang berbentuk piramida berundak tanpa atap dengan 10 teras keatas, dan dipuncaknya terdapat kubah berbentuk genta besar. Merupakan sebuah perpaduan yang harmonis dari stupa, candi dan gunung, sehingga dapat dianggap sebagai mahakarya arsitektur Buddhis dan seni monumental;
  • Kriteria (ii), karena merupakan contoh luar biasa dari seni dan arsitektur Indonesia yang berasal dari antara awal abad kedelapan dan akhir abad kesembilan. Yang memberikan pengaruh besar terhadap kebangkitan arsitektural pada abad ke-13 dan awal abad ke-16.
  • Kriteria (vi), karena strukturnya yang berbentuk teratai, bunga pemujaan Buddha, Candi Borobudur merupakan sebuah refleksi luar biasa dari perpaduan ide dasar pemujaan roh leluhur dan konsep Buddha menuju Nirwana. Sehingga 10 terasnya menggambarkan tahapan bagi Boddhisatwa dalam mencapai ke-Buddha-an.

Secara fisik, Candi Borobudur memiliki panjang 121,66 meter, lebar 121, 38 meter, dan tinggi 35,40 meter. Candi Borobudur disusun menggunakan batu andesit, dengan struktur seperti punden berundak, semakin ke atas semakin mengecil. Strukturnya terdiri atas 9 teras berundak (6 teras berdenah persegi dan 3 teras berdenah lingkaran). Menurut filsafat agama Budha, Candi Borobudur merupakan tiruan alam semesta yang terdiri dari  tiga tingkatan secara vertikal, yaitu Kamadhatu, Rupadhatu, dan Arupadhatu.

  • Kamadhatu merupakan bagian bawah candi yang melambangkan alam bawah, menggambarkan perilaku manusia yang masih terikat oleh nafsu duniawi (tempat manusia biasa).
  • Rupadhatu merupakan bagian tengah candi yang melambangkan alam antara, menggambarkan perilaku manusia yang sudah mulai meninggalkan keinginan duniawi, akan tetapi masih terikat oleh dunia nyata.
  • Arupadhatu merupakan bagian atas candi yang melambangkan alam atas, tempat para dewa. Simbol dari unsur tak berwujud dan sebagai tanda tingkatan yang telah meninggalkan nafsu duniawi.

Candi Borobudur mengandung pesan mulia yang digambarkan melalui relief-relief cerita yang dipahatkan pada dinding candi dan dinding pagar langkan. Keseluruhan terdapat 1.460 panil relief cerita yang tersusun dalam 11 deretan yang mengitari struktur candi, dan 1.212 panil relief dekoratif. Untuk membaca relief dilakukan secara pradaksina yaitu mengitari searah jarum jam.

Relief pertamakali dibaca mulai dari sisi timur. Relief cerita di Candi Borobudur terbagi dalam beberapa bagian yaitu relief Karmawibhangga, relief Lalitavistara, relief Jataka-Avadana, dan relief Gandavyuha. Elemen lain pada Candi Borobudur adalah arca yang berjumlah  504, arca singa berjumlah 32, dan stupa berjumlah 73 buah.

Mengingat bahwa setiap situs Warisan Dunia yang ditetapkan oleh UNESCO harus berstatus sebagai cagar budaya nasional. Maka secara retrospektif sebagai respons dari dikeluarkannya Undang-Undang Cagar Budaya Nomor 11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya, Candi Borobudur, Mendut dan Pawon beserta kawasannya ditetapkan sebagai Kawasan Cagar Budaya Peringkat Nasional melalui Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 286/M/2014 tentang Satuan Ruang Geografis Borobudur sebagai Kawasan Cagar Budaya Peringkat Nasional.

Dalam Undang-undang Cagar Budaya No. 11/2010, pasal 85 (1) disebutkan pemerintah, Pemerintah dan bahwa setiap orang dapat memanfaatkan Cagar Budaya untuk kepentingan agama, sosial, pendidikan, ilmu pengetahuan, teknologi, kebudayaan, dan pariwisata. Namun pemanfaatan juga harus selaras dengan pelestarian.

Balai Konservasi Borobudur selaku Unit Pelaksana Teknis di bawah Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang diberi mandat sebagai site manager Candi Borobudur, Candi Mendut dan Candi Pawon sebagai warisan dunia oleh Unesco.

Tupoksi inti dari Balai Konservasi Borobudur adalah melaksanakan kajian dan pengembangan metode konservasi untuk kelestarian Candi Borobudur, Candi Mendut dan Candi Pawon dan cagar budaya lainnya. Serta pemeliharaan/pelestarian Candi Borobudur, Candi Mendut dan Candi Pawon sebagai warisan dunia. Untuk upaya pelestarian Candi Borobudur sebagai warisan dunia, Balai Konservasi mempunyai program internalisasi, menjalin kemitraan, dan membangun jejaring dengan stakeholders dan masyarakat luas.

Balai Konservasi Borobudur memberikan kesempatan untuk kepada masyarakat untuk memanfaatkan dan  menjadikan Candi Borobudur sebagai sumber inspirasi dan menuangkan ide/gagasan. Kegiatan masyarakat akan difasilitasi terutama yang dapat mengangkat kembali marwah dan nilai-nilai yang terkandung dalam Kawasan Candi Borobudur. Diharapkan masyarakat luas lebih mengenal dan peduli terhadap keberadaan dan kelestariannya.

Kerjasama dan fasilitasi yang telah dilakukan oleh Balai konservasi Borobudur antara lain adalah  memfasilitasi para seniman baik pelukis, sketcher, fotografer, kriya dan lainnya. Para seniman ini membuat karya yang terinspirasi oleh Candi Borobudur. Hasil karya seni tersebut diharapkan akan menggugah rasa peduli masyarakat untuk turut serta melestarikan Candi Borobudur beserta kawasannya.

Drs. Tri Hartono, M.Hum., Kepala Balai Konservasi Borobudur, menyampaikan, “Kolaborasi berbagai pihak diperlukan dalam pelestarian Kompleks Candi Borobudur dan kawasannya. Cagar budaya, lingkungan dan masyarakat adalah tiga hal yang tidak terpisahkan satu dengan yang lainnya. Pelestarian baik fisik maupun nilai-nilai serta pengembangan sosial budaya direncanakan dan dilaksanakan dengan mengambil inspirasi dari kemegahan Borobudur dan cagar budaya lainnya.”

Yudi Suhartono, MA, Kepala Seksi Konservasi Balai Konservasi Borobudur menambahkan, “Sebagai unit pelaksana Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang diberikan mandat untuk melestarikan Borobudur Temple Compounds sebagai warisan dunia. Balai Konservasi Borobudur tidak henti-hentinya berusaha menjangkau seluruh lapisan masyarakat dalam penyampaian nilai penting Borobudur sebagai situs Warisan Dunia. Berbagai kegiatan rutin dilakukan seperti pameran cagar budaya, talkshow di media elektronik. Ada juga edukasi untuk guru, siswa sekolah, masyarakat, penerbitan, website dan medsos, dan kerjasama/fasilitasi kegiatan masyarakat”

Kerjasama atau fasilitasi Balai Konservasi Borobudur – KSBI 15 (Komunitas Seniman Borobudur Indonesia Lima Belas). Komunitas yang dimotori oleh Bapak Umar Chusaeni mengundang para seniman lukis dari Indonesia dan Vietnam. Kegiatan workshop melukis bersama dilaksanakan pada hari Minggu, tanggal 21 Juli 2019, bertempat di halaman Candi Borobudur. Kegiatan tersebut mengusung tema “Borobudur Today 2019- Art for Peaceful World”.

 

Informasi Kontak

Yudi Suhartono, MA

Kasi Konservasi, Balai Konservasi Borobudur

+62 813-7914-8128