Jum’at (02/02/18) Untuk memperoleh masukan dari berbagai pihak terkait wacana pemasangan kembali Chattra pada Stupa Induk Candi Borobudur, Balai Konservasi Borobudur melaksanakan Focus Group Discussion di The Alana Hotel Yogyakarta.
Hadir dalam Focus Group Discussion ini beberapa narasumber Dr. Harry Widianto (Direktur Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman, Kemdikbud), Dr. Supratikno Rahardjo (Arkeolog, Universitas Indonesia), Dr. Agus Widiatmoko (Kepala Subdirektorat Geografi Sejarah, Direktorat Sejarah, Kemdikbud), Prof. Dr. Mundarjito (Arkeolog, Universitas Indonesia), Daud Aris Tanudirjo (Arkeolog, Universitas Gadjah Mada), Lono Lastoro Simatupang, Ph.D. (Antropolog, Universitas Gadjah Mada), Hari Untoro Dradjat (Arkeolog), Hari Setyawan (Arkeolog BK Borobudur) dan peserta FGD dari berbagai kalangan.
Bentuk puncak Candi Borobudur sendiri sampai hari ini masih menjadi pertanyaan berbagai kalangan. Hal ini terkait dengan keberadaan struktur chattra yang kemungkinan terletak di atas stupa induk. Struktur ini pernah dicoba untuk direka ulang pada waktu pemugaran Candi Borobudur oleh pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1907-1911.
Pada waktu itu, Theodoor van Erp, seorang insinyur Belanda yang ditugaskan memimpin proyek pemugaran, melakukan rekonstrusi berdasarkan analisisnya terhadap blok batu yang masih dapat ditemukan dan kemungkinan merupakan bagian dari stuktur penyusun chattra. Akan tetapi, setelah direkonstuksi dan dipasang di atas stupa induk, struktur ini segera diturunkan karena masih menjadi perdebatan.
Perdebatan yang terjadi mempertanyakan apakah benar Candi Borobudur aslinya memiliki stuktur chattra, dan apabila asumsi itu benar, bentuk asli chattra–nya seperti apa. Adapun chattra hasil rekonstruksi van Erp saat ini masih disimpan di Museum Borobudur, yang terletak di dalam kompleks taman wisata Candi Borobudur.