(28/01/15) Balai Konservasi Borobudur bekerja sama dengan PT. Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko melaksanakan Diskusi Hasil Kajian Monitoring dan Evaluasi Pemugaran Royal Palace Angkor Thom Kamboja. Diskusi memaparkan monitoring dan evaluasi hasil pemugaran 3 gapura di Royal Palace Angkor Thom yang telah diselesaikan tahun 1995-2000.
Diskusi dibuka oleh Direktur Jenderal Kebudayaan Kacung Maridjan yang mengatakan bahwa sangat bangga dengan para purna tugas proyek Borobudur yang menjadi pioner pemugaran di Kamboja. Saat ini Balai Konservasi Borobudur bukan hanya sebagai pusat konseravsi cagar budaya namun juga sebagai pusat pengembangan pelatihan sumber daya manusia terutama untuk konservasi dan pemugaran.
“Balai Konservasi Borobudur bukan hanya mengembangkan konservasi batu namun juga mengembangkan konservasi lainnya seperti kayu, logam, bata, dan sebagainya. Maka perlu dilakukan pengembangan secara terus-menerus” ungkap Kacung.
Sementara Direktur Utama PT. TWCB Laily Prihatiningtyas mengatakan bahwa PT. TWCB berkomitmen untuk menyisihkan sebagian laba untuk mendukung pelestarian cagar budaya yang nantinya mampu memberikan manfaat secara langsung maupun tidak langsung kepada masyarakat. Dari kajian ini Laily berharap ada pembahasan mengenai living cultural yang ada disekitar situs Royal Palace Angkor Thom Kamboja sehingga bisa menjadi referensi dalam mengelola lingkungan dan kehidupan sosial disekitar Candi Borobudur.
Dalam Diskusi Hasil Kajian Monitoring dan Evaluasi Pemugaran Royal Palace Angkor Thom Kamboja hadir Kepala BPSMP Sangiran, Kepala BPCB Jawa Tengah, Kepala BPCB Yogyakarta, BPNB Yogyakarta, purna tugas BK Borobudur yang dulu menjadi pemugar di Angkor Thom, dan Dosen Sejarah UNY.