Balai Konservasi Borobudur, (30/04/2020) menggelar diskusi daring yang kedua bertema “Penyakit dan Sistem Kesehatan Pada Masyarakat Jawa Kuna”. Diskusi daring yang merupakan rangkaian dari kegiatan bulan pendidikan ini dilaksanakan melaui zoom meeting serta live youtube dan instagram. Narasumber pada kesempatan ini adalah Dra. DS. Nugrahani, M.A (Dosen Jurusan Arkeologi UGM), Dr. FX. Sardjono, M.SpA (Dokter RSU Nirmala, Purbalingga) dan Yudi Suhartono, S.S, M.A (Kasi Konservasi BKB) serta dipandu oleh Isni Wahyuningsih.
Dalam diskusi ini dipaparkan mengenai aspek kehidupan masyarakat Jawa Kuna, salah satunya tentang penyakit dan kesehatan masyarakat dari beberapa sumber tertulis, relief maupun objek lain. Karena sumber datanya yang parsial dan terpisah-pisah serta mempunyai rentang yang panjang, maka narsumber mengambil rentang waktu sekitar abad VIII – IX yang merupakan era Candi Borobudur. Dari sumber yang ada, dapat diambil asumsi bahwa Masyarakat Jawa Kuna setidaknya mempunyai pengetahuan tentang pengobatan dan meramu obat. Bahkan pengetahuan tentang mengelola tanaman yang digunakan sebagai bahan obat-obatan.
Pada relief candi Borobudur juga terdapat 9 panil relief tentang orang yang sakit dan orang yang meninggal. Relief cerita di Candi Borobudur dipahatkan dengan panduan naskah bercorak keagamaan Buddha dari India. Walaupun naskah yang dipahatkan berasal dari India (yaitu Karmawibhangga, Lalitavista, Jataka/Avadana, Gandawyuha) namun gambaran manusia beserta lingkungannya termasuk di dalamnya aktifitas manusia, flora, fauna dalam kehidupan sehari-harinya adalah kondisi alam pada masa Jawa Kuna. Ativitas manusia yang tergambar di relief di antara pertanian, perikanan (nelayan, sumberdaya ikan), dan Lain-lain termasuk gambaran orang sakit/meninggal dunia.