Suksesnya pemugaran Candi Borobudur pada tahun 1907 sampai dengan 1911 tentunya tidak terlepas dari berbagai figur yang menjalankan proyek pemerintah kolonial Hindia Belanda tersebut. Nama yang paling terkenal adalah Theodore van Erp, yang mengepalai pekerjaan rekonstruksi tersebut. Nama lain yang tidak kalah penting adalah Jean Jacques de Vink yang bertugas sebagai fotografer. Selain itu, terdapat juga nama yang kemungkinan merupakan orang keturunan Jawa, yaitu Mas Kartodisastro dan Mas Karto.
Theodore van Erp lahir di Ambon pada tanggal 26 Maret 1874 di Ambon. Pada usia 4 tahun, dia dikirim orang tuanya ke Belanda sehingga bisa mendapatkan pendidikan formal di Eropa. Pada tahun 1892, mendaftar ke Akademi Militer Kerajaan dan akhirnya ditempatkan di Hindia Belanda pada tahun 1896 sebagai anggota korps zeni. Setelah sempat bertugas di Cilacap dan Medan, dia kemudian berdinas di Magelang. Awal keterlibatannya di dunia kepurbakalaan adalah ketika menjadi anggota Komite Borobudur yang dibentuk pada tahun 1900. Komite ini bertugas untuk memikirkan usaha untuk menyelamatkan Candi Borobudur. Sebelum memulai pekerjaan memugar Borobudur, van Erp sempat terlibat di berbagai proyek konservasi candi, antara lain di Candi Prambanan, Candi Sewu, Candi Ngawen, Candi Selogriyo dan Candi Pringapus. Dalam merestorasi Borobudur, dia sukses membangun dasar bagi perkembangan metode pemugaran yang kemudian disebut sebagai anastylosis. Pada dasarnya, metode ini merupakan teknik pencocokan batu dengan sebisa mungkin menggunakan material batu asli dan meminimkan tambahan batu baru. Atas jasanya di Borobudur dan juga candi-candi lainnya di wilayah Hindia Belanda, van Erp mendapatkan gelar kehormatan Doctor Honoris Causa dari Universitas Leiden pada tahun 1951.
Dalam pekerjaan mendokumentasikan Borobudur seperti yang dimandatkan oleh pemerintah kolonial bersamaan dengan pekerjaan pemugaran, van Erp dibantu oleh J.J. de Vink. de Vink lahir di Bogor pada tanggal 7 November 1883. Belum banyak yang bisa diketahui mengenai latar belakang keluarga dan pendidikannya. Yang diketahui saat ini adalah dia sering membantu pekerjaan van Erp baik di Borobudur maupun ketika berada di situs-situs kepurbakalaan lainnya, seperti di Imogiri. Ketika bekerja di Borobudur, dia menghasilkan lebih dari 2.000 lembar foto. Setelah proyek tersebut selesai, dia kemudian bekerja sebagai juru foto untuk Dinas Purbakala Hindia. Dia meninggal di Ambarawa pada tanggal 29 Juni 1945.
Selain orang-orang Belanda, masih ada personel lokal yang berjasa dalam pemugaran Borobudur, namun sayangnya memang sampai dengan saat ini tidak banyak yang bisa diketahui. Salah satu nama yang pernah disebut adalah Mas Kartodisastro yang bertugas sebagai juru gambar. Selain di Borobudur, dia juga membantu pembuatan peta di berbagai wilayah Hindia Belanda, seperti misalnya peta kepurbakalaan Bali yang dibuat pada tahun 1925. Nama lain yang pernah disebut adalah Mas Karto yang bekerja sebagai pembantu umum. Selain mereka berdua, masih banyak pekerja pemugaran yang tidak pernah disebutkan namanya. Mereka bekerja sebagai kuli yang membantu mengumpulkan batu lepas dan memasangkan batu-batu tersebut ke lokasi aslinya. van Erp pernah menyebut bahwa orang Jawa mempunyai mata yang jeli dalam mencocokkan batu yang lepas berdasarkan kecocokan ulir relief yang terpahat di batu.