Terlahir di Brugge pada tahun 1821, Isidore Van Kinsbergen pertama kali menginjakkan kaki di Hindia Belanda – tepatnya di kota Batavia – ketika berusia 30 tahun. Pada saat itu di tergabung didalam kelompok opera dari Prancis, namun ketika kelompok tersebut meninggalkan Batavia, Van Kinsbergen memutuskan untuk menetap di kota tersebut. Selain sebagai penyanyi opera, dia juga berkarya sebagai seorang pelukis. Namun selama di Batavia, media fotografi menarik hatinya dan dia kemudian menjadi orang pertama di Hindia Belanda yang menggunakan teknik cetakan albumen.
Setelah cukup sukses menjalankan studio foto di Batavia, Van Kinsbergen mulai mendapatkan tugas resmi dari pemerintah kolonial ketika mendampingi kunjungan Sekretaris Jenderal Hindia Belanda, Alexis Loudon, ke Siam (sekarang Thailand) pada bulan February 1862. Pada kesempatan tersebut, dia menyempatkan diri untuk memotret berbagai tinggalan purbakala di kota Bangkok dan sekitarnya. Pengalaman ini mendapat perhatian dari Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen (Komunitas Batavia untuk Seni dan Keilmuan, selanjutnya disingkat Komunitas Batavia). Bulan Desember pada tahun yang sama, dia pun dikontrak untuk memotret berbagai tinggalan purbakala yang tersebar di Pulau Jawa. Mendapatkan arahan dari J.F.G. Brumund, seorang pendeta dari Komunitas Evangelis Batavia sekaligus ahli purbakala Jawa, Van Kinsbergen dapat menyelesaikan tugas tersebut dalam waktu empat tahun. Kumpulan foto tersebut kemudian diterbitkan dalam katalog berjudul Oudheden van Java (Kepurbakalaan Jawa).
Dirasa berhasil menjalankan tugas mendokumentasikan kepurbakalaan di Jawa, Van Kinsbergen kemudian kembali mendapatkan tugas dari Komunitas Batavia untuk secara khusus mendokumentasikan Candi Borobudur. Penugasan ini dibuat melalui instruksi pemerintah kolonial nomor 20 tertanggal 13 Agustus 1872, yang didalamnya juga menyebutkan pendanaan sebesar 1.000 gulden Belanda untuk membayar para kuli yang membantu pembersihan dan penggalian reruntuhan Borobudur. Namun baru pada bulan Mei 1873 Van Kinsbergen memulai pekerjaannya di Borobudur. Pada bulan Agustus, dia meminta tambahan dana sebesar 1.200 gulden Belanda karena dana yang diberikan sebelumnya hanya dapat membersihkan sebagian dari struktur candi. Sayangnya pekerjaan pemotretan harus berhenti pada bulan Desember karena intensitas hujan yang sangat tinggi.
Dalam menjalankan tugasnya sebagai seorang fotografer, Van Kinsbergen dikenal sangat perfeksionis. Dia sangat mempertimbangkan tingkat pencahayaan serta letak kamera untuk mendapatkan hasil foto terbaik. Oleh sebab itu, dia juga terkenal bekerja dengan sangat lambat. Tugas pertama berupa pendokumentasian kepurbakalaan Jawa diselesaikannya lebih dari setahun dari rencana semula. Namun karena foto yang dihasilkan dinilai sangat bagus, dia tetap mendapatkan tugas untuk merekam Candi Borobudur. Pun ketika di Borobudur, dia hanya berhasil menghasilkan 43 buah foto dari 1.400 pelat yang digunakan. Selain boros – sehingga mengakibatkan biaya proyek semakin mahal – dalam menjalankan tugasnya, Van Kinsbergen juga pernah dikritik oleh Conrad Leemans, yang saat itu menjabat sebagai Direktur Museum Rijksmuseum Oudheden Leiden, karena terlalu menonjolkan sisi artistik dari obyek yang difoto. Tampilan ini dilakukan dengan memanipulasi pencahayaan pada saat pemotretan, terutama kontras antara hitam dan putih. Hal ini mungkin dapat dimaklumi karena latar belakang Van Kinsbergen yang merupakan seorang seniman dan bukan dari akademisi. Karena latar belakang tersebut pula, ketika mendokumentasikan Candi Borobudur, dia hanya memilih panil relief yang masih utuh serta arca yang tidak rusak. Oleh karena itu, foto-foto yang dihasilkan oleh Isidore Van Kinsbergen tidak dapat dikatakan merekam kondisi nyata Candi Borobudur pada saat itu.