Studio Sejarah Restorasi Perwujudan Kecil Candi Borobudur (2)
Bagaimana Borobudur dapat bisa berdiri megah dan kokoh dari masa kemasa-masa? Hal ini tentu saja tak lepas dari teknik kearsitekturan yang juga luar biasa. Beberapa literatur mengatakan bahwa Gunadharma adalah arsitektur yang memimpin pembangunan Candi Borobudur. Pada ruang selanjutnya pengunjung akan mendapat pengetahuan dari kearsitekturan Candi Borobudur tersebut. Kuncian candi, jenis batu, seni hias, dan berbagaimacam hal yang dapat menjawab pertanyaan tersebut dapat ditemuan di ‘Ruang Kearsitekturan’.
Tentu saja tidak lepas dari nuansa arsitektur juga terdapat berbagai macam seni pembuatan arca dan temuan lain yang dapat dilihat pada ‘Ruang Arkeologi’. Berbagai macam fenomena arkeologis yang ada pada situs yang ada di daerah Borobudur dapat membawa pengunjung pada pengalaman baru. Pengunjung dapat mengetahui budaya masa lampau dengan melihat bagaimana tinggalan tersebut dibuat. Bagaimana dengan teknologi yang digunakan? Bagaimana situasi pada masa itu? Bagaimana peran penting temuan tersebut memberikan berbagai hal yang dapat menjawab identitas masyarakat Indonesia khususnya yang ada di sekitar Borobudur. Selain itu terdapat patung Dhyani Buddha yang merupakan ciri khas yang dari Candi Borobudur. Dapat diamati dengan seksama bagaimana masyarakat masa lalu yang sudah dapat menciptakan nampan perunggu. Terdapat nampan yang dihias dengan motif Sangkha dan Kalasa. Selain itu banyak ditemukannya keramik dan porselain pada masa Dinasti Tang dari China memberikan bukti bahwa sudah ada perdagangan pada masa itu atau setidaknya pernah ada interaksi budaya yang terjadi.
Dibalik hal menarik seperti literatur, seni arsitektur, dan tinggalan tersebut tentu saja ada sebuah upaya pencatatan yang baik sehingga informasi dapat tersampaikan dan dinikmati oleh kita saat ini. Beberapa perlengkapan dan peralatan tersebut dipamerkan dan merupakan benda yang memang digunakan pada pemugaran masa lalu. Benda-benda tersebut dapat mengajarkan kita bahkan dengan peralatan yang tidak lebih canggih dari sekarang para konservator dan pelaku pemugaran dapat dengan baik mengumpulkan berbagai data dan pendokumentasian. Bagaimana dengan kita? Setidaknya pasti ada hal yang dapat dilakukan untuk tetap menjaga sejarah kita.
Bagi yang menyukai bagian berurusan dengan hal-hal ilmiah dan analisis tidak perlu khawatir. Karena konservasi pasti tidak hanya mengandalkan satu disiplin ilmu dan memang tidak mungkin. Maka konservasi berbasis penelitian dan penerapan ilmiah dapat dinikmati pada ‘Ruang Tekno Arkeologi’ dan ‘Ruang Kemiko Arkeologi’. Peralatan yang digunakan untuk penelitian dalam rangka mengkaji cara mana yang dapat paling efisien digunakan untuk pemugaran dapat dilihat di sana. Berbagai alat yang tidak dapat dilihat sehari-hari dan sangat mekanis disajikan bagi pengunjung yang memiliki minat mengenai sains. Tetapi juga tidak menutup informasi pada pengunjung yang memang ingin mengetahui hal tersebut.
Selain Konservasi, hubungan antara Cagar Budaya dan masyarakat juga perlu diperhatikan. Di ruangan terakhir pengunjung dapat melihat souvernir yang dijual oleh masyarakat sekitar sehingga juga membantu dalam menyejahterakan masyarakat. Tetapi hal yang tidak kalah penting terdapat feedback/umpan balik dari pengunjung seperti kritik dan saran atau sebagainya agar Studio Sejarah Restorasi Candi Borobudur dapat terus berkembang menjadi lebih baik. Jika pengunjung belum puas dengan yang disajikan di studio, pengunjung dapat melanjutkan perjalanan di Ruang Audio Visual dengan beberapa film dokumentasi. Jadi tunggu apalagi ayo tambah ilmu pengetahuan mengenai Candi Borobudur, Cagar Budaya, dan Pelestariannya.
Daftar Refrensi:
Balai Konservasi Peninggalan Borobudur. 2011. Menyelamatkan Candi Borobudur dari Erupsi Merapi. Magelang: Balai Konservasi Peninggalan Borobudur.
Balai Konservasi Peninggalan Borobudur. 2013. Kearsitekturan Candi Borobudur. Magelang: Balai Konservasi Peninggalan Borobudur.
Redaksi Kompas. 1985. Sembilan Stupa Borobudur Diledakan Senin Dini Hari. Kompas, 22 Januari 1985.
Republik Indonesia. 2010. Undang-undang no.11 tahun 2010 Tentang Cagar Budaya. Bab I Pasal 1, Ayat 22-28. Tahun 2010. Jakarta: Sekertariat Negara Indonesia.
Soekmono, R. 2002. Menapak Jejak Arkeologi Indonesia. Jakarta: MU:3 Books
Titib, Made. 1998. Veda Sabda Suci: Pedoman Praktis Kehidupan. Surabaya: Paramita.