Informasi tekstual mengenai Candi Borobudur sangat terbatas berkenaan dengan pembangunan atau tujuan dibangunnya candi tersebut. Terdapat suatu prasasti yang menyebut nama Sri Kahulunan yang dkeluarkan pada tahun 824 M. Prasasti tersebut menyebut nama Sri Kahulunan sebagai tokoh yang menganugerahkan tanahnya di desa Tri Tepusan untuk pemeliharaan tempat suci bernama Kamulan I Bhumisambhara, tempat asal muasal Bhumisambhara.
Nama Bhumisambhara memiliki keterkaitan dengan sebutan Borobudur di masa kini. Terlebih dalam prasasti ini muncul juga sebutan lain bagi bangunan ini sebaga da avidam, yaitu bangunan berlapis sepuluh yang sangat tepat dengan jumlah tingkatan pada Candi Borobudur. Gelar Sang Putri Sri Kahulunan telah dikaitkan dengan Dyah Pramodhawardhani putri Rakai Warak Dyah Manara yang juga dikenal sebagai Raja Samaratugga dari Dinasti Syailendra. Dengan demikian sangat mungkin bahwa penguasa ini adalah pembangun Candi Borobudur.
Menurut Casparis, berdasarkan interpretasinya bahwa pendiri Candi Borobudur adalah Samaratutungga yang memerintah tahun 782 – 812 M pada masa dinasti Syailendra. Candi Borobudur dibangun untuk memuliakan agama Buddha.