You are currently viewing BOROBUDUR YANG INSPIRATIONAL (Borobudur Sebagai Monumen Sejarah)

BOROBUDUR YANG INSPIRATIONAL (Borobudur Sebagai Monumen Sejarah)

BOROBUDUR YANG INSPIRASIONAL (Borobudur Sebagai Monumen Sejarah)

Oleh : Daud Aris Tanudirjo

Barangkali tidak banyak yang mengetahui tentang keberadaan Borobudur sebagai monumen raksasa yang dibuat dari batu dan mempunyai nilai sejarah. Kita mengenal Candi Borobudur sebagai monumen sejarah yang dikaitkan dengan raja-raja kerajaan Syailendra yang berkuasa di Jawa sejak awal abad ke-8 hingga medio abad ke-10.

Para ahli sejarah dan arkeologi menyebut candi ini sebagai candi Budha yang didirikan oleh raja Samaratungga sebelum tahun 842 M. Bahkan, ada pula yang memperkirakan dibangun dalam kurun waktu secara bertahap dari tahun 780 hingga 833 M. Atau, bisa jadi kita lebih mengenal Candi Borobudur sebagai bagian dari sejarah perkembangan agama Budha dari India di tanah Jawa atau bahkan di Indonesia.

Dalam perspektif ini, Candi Borobudur dilihat sebagai bukti puncak perkembangan agama Budha di pulau ini. Hal ini dapat dilihat dari pahatan relief, susunan patung maupun figur-figur Budha yang diarcakan. Semuanya itu menunjukkan bagaimana agama Budha telah mencapai tarafnya yang kompleks sebagai wahana besar (mahayana) yang dianut oleh banyak anggota masyarakat.

Sementara, ada beberapa ahli lain yang mencoba menafsirkan alirannya yang bersifat tantrisma. Tafsiran lain menyebutkan bahwa Candi Borobudur bukanlah semata-mata berlatar agama Budha, tetapi telah dipengaruhi pula oleh konsep pemujaan leluhur dengan bangunan-bangunan berteras dari Jaman Prasejarah. Dengan demikian, Borobudur dilihat sebagai bukti paduan antara religi murba dan Budhisma.

Berbagai persepsi “sejarah” itu telah mencetuskan keragaman fungsi Borobudur. Mulai dari fungsinya sebagai monumen untuk memuliakan leluhur para pendiri kerajaan Syailendra, sebagai gambaran gunung kosmis. Kemudian sebagai mandala, sebagai tuntutan mencapai ke-budha-an (dasa bodhisatwabhumi), dan sebagai stupa besar.

Namun, sebenarnya Candi Borobudur tidak hanya mencatat sejarah perkembangan agama dan kerajaan saja. Borobudur adalah monumen yang juga merekam sejarah kehidupan bermasyarakat. Dalam konteks inilah, kita dapat memahami bagaimana sejak semula Borobudur telah didirikan beralaskan pada jalinan antara sejarah, religi, dan seni. Upaya mendirikan suatu monumen sebesar Borobudur adalah petunjuk tentang keinginan manusia membuat sejarah. Membuat suatu landmark atau tetenger yang menandai suatu capaian tertentu dalam perjalanan masyarakat itu.

Borobudur menjadi monumen yang khas ketika desain awal disusun dengan konsepsi religi yang khas pula. Muatan religi yang amat dalam menjiwai monumen ini. Yang lebih mengagumkan, muatan religius itu telah diwujudkan dalam bentuk yang mempunyai nilai seni yang tinggi pula. Dari situ, dapat kita bayangkan bagaimana kohesivitas masyarakat ketika itu. Ada sinergi yang luas antara raja kula yang ingin menciptakan sejarah, rakyat yang mendukungnya dengan kepatuhan, tenaga dan materi, konseptor religi yang dimotori pemuka agama dan para filsuf, dan kelompok seniman yang diwakili oleh arsitektur, teknisi, dan pemahat yang membangun Candi Borobudur.

Tanpa adanya keterpaduan dari berbagai unsur masyarakat, pembangunan monumen raksasa ini tidak mungkin dapat dilaksanakan. Karena itulah, Borobudur adalah monumen bukti sejarah kemajuan kehidupan bermasyarakat di Indonesia. Kehidupan yang merefleksikan keharmonisan, kemakmuran, dan kesejahteraan lahir dan batin.