Balai Konservasi Borobudur pada tahun 2020, telah melaksanakan beberapa kajian. Salah satunya yaitu Kajian Penggunaan Resin Alam untuk Konsolidasi Artefak Kayu. Kayu merupakan bahan organiik yang bersifat higroskopis sehingga rentan mengalami kerusakan, khususnya karena faktor kelembapan. Kayu juga rentan terhadap pertumbuhan serangga, seperti serangga rayap. Serangga tersebut menyebabkan kerusakan berupa lubang –lubang dan lorong-lorong pada kayu sehingga kayu menjadi rapuh. Untuk mengatasinya perlu adanya penguatan atau konsolidasi agar kayu bisa kuat.
Pengembangan metode konsolidasi kayu dilakukan dengan maksud sebagai alternatif untuk bahan konsolidasi yang telah digunakan selama ini yaitu paraloid B72. Paraloid B72 ini terbatas dalam peredarannya dan tidak mudah untuk didapatkan. Pembuatan konsolidan Paraloid B72 juga memerlukan pelarut seperti aceton, toluol maupun etil asetat yang peredarannya juga terbatas. Kendala lain, dalam pengaplikasian pada kondisi kayu yang lembab akan menghambat penetrasi bahan konsolidan.
Gelatin dan Sherllac menjadi bahan alternative pengganti paraloid. Kedua bahan ini sangat mudah didapatkan dan harganya murah. Gelatin merupakan salah satu jenis animal glue yang daya rekatnya sangat baik untuk substrat kayu (Williams, 1990). Sedangkan Shellac mempunyai karakteristik yang baik sebagai perekat, cepat kering, tahan lembab, ketahanan abrasi dan kilau yang baik. Shellac juga merupakan salah satu jenis bahan yang dipakai untuk konsolidasi kayu pada awal abad 20 (Aberle dan Koller, 1989 dalam Unger dkk, 2001). Kajian penggunaan resin alam untuk konsolidasi artefak kayu diharapkan dapat menghasilkan bahan alternatif untuk konsolidasi artefak kayu yang dapat diaplikasikan secara efektif dan efisien.
Materi selengkapnya dapat diunduh pada tautan berikut ini.