Diorama II Menampilkan adegan peristiwa sejarah sejak Proklamasi Kemerdekaan RI tahun 1945 sampai dengan meletusnya Agresi Militer Belanda I tahun 1947. Salah satu adegan dome ketigabelas pada Diorama II adalah adegan Prof. Dr. Sardjito sedang menyampaikan pidatonya saat diresmikannya Universitas Negeri Gadjah Mada di Sitihinggil Kraton Yogyakarta yang Berlangsung di Sitihinggil, Kraton Kasultanan Yogyakarta pada tanggal 19 Desember 1949.
Sebagai upaya untuk mengembangkan pendidikan tinggi di Indonesia, maka di Yogyakarta, Solo dan Klaten banyak didirikan lembaga pendidikan tinggi milik pemerintah. Lembaga pendidikan itu adalah Sekolah Tinggi Teknik yang didirikan pada tanggal 17 Februari 1946 di Yogyakarta. “Perguruan Tinggi Kedokteran Bagian Klinis pada tanggal 4 Maret 1946 di Solo. Perguruan Tinggi Kedokteran Bagian Pra-Klinis di Klaten pada tanggal 5 Maret 1946. Fakultas Farmasi dan Fakultas Pertanian pada tanggal 27 September 1946 di Klaten. Fakultas Kedokteran Gigi dan Fakultas Kedokteran Hewan pada awal tahun 1948 di Klaten. Akademi Ilmu Politik pada awal tahun 1948 di Yogyakarta. Balai Pendidikan Ahli Hukum pada tanggal 1 November 1948 di Solo.
Sebelumnya, yaitu pada tanggal 24 Januari 1946, Mr. Boediarto, Ir. Marsito, Prof. Dr. Prijono, Mr. Soenarjo, Dr. Soleiman, Dr. Buntaran, Dr. Soeharto bertempat di gedung SMT Kotabaru Yogyakarta mengadakan pertemuan untuk mendirikan sebuah perguruan tinggi swasta di Yogyakarta. Pertemuan tersebut kemudian diikuti dengan pertemuan-pertemuan berikutnya. Salah satunya adalah pertemuan yang berlangsung di Gedung KNI (Komite Nasional Indonesia) Jalan Malioboro pada tangal 3 Maret 1946. Dalam pertemuan ini, diumumkan berdirinya Balai Perguruan Tinggi Gadjah Mada, yang terdiri atas Fakultas Hukum dan Fakultas Kesusasteraan. Sri Sultan Hamengku Buwono IX diangkat sebagai Ketua Dewan Kurator dan Ki Hadjar Dewantara sebagai wakil.
Dengan berdirinya Balai Perguruan Tinggi Gadjah Mada, maka pada tahun 1946 terdapat dua perguruan tinggi di Yogyakarta, yaitu Sekolah Tinggi Teknik, yang berdiri tanggal 17 Februari 1946 dan Balai Perguran Tinggi Gadjah Mada. Sekolah Tinggi Teknik merupakan usaha penghidupan kembali Sekolah Tinggi Teknik Bandung, yang terpaksa ditutup karena suasana perang antara Indonesia dan tentara sekutu. Di antara pemimpin Sekolah Teknik tersebutlah nama Prof. Ir. Rooseno dan Prof. Ir. Wreksodhiningrat.
Pada tanggal 20 Mei 1949 di Pendopo Kepatihan Yogyakarta, diadakan rapat terkait dengan keberadaan pendidikan tinggi di Indonesia. Rapat dipimpin oleh Prof. Dr. Soetopo, dengan anggota rapat antara lain, Sri Sultan Hamengku Buwono IX, Prof. Dr. M. Sardjito, Prof. Dr. Prijono, Prof. Ir. Wreksodhiningrat, Prof. Ir. Harjono, Prof. Sugardo dan Slamet Soetikno, S.H. Salah satu hasil rapat adalah beberapa anggota rapat menyanggupi pendirian perguruan kembali di wilayah republik, yaitu Yogyakarta. Mereka yang bersedia adalah Prof. Ir. Wreksodhiningrat, Prof. Dr. Prijono, Prof. Ir. Harjono dan Prof. Dr. M. Sardjito.
Langkah selanjutnya adalah dibentuk sebuah komite antar kementrian yang akan membahas masalah pendidikan tinggi di Indonesia. Komite itu memutuskan untuk menggabungkan semua lembaga pendidikan yang ada di Yogyakarta, Solo dan Klaten. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 23 tanggal 16 Desember 1949 tentang Peraturan Sementara Penggabungan Perguruan Tinggi Menjadi Universiteit maka perguruan tinggi yang ada di tiga kota tersebut digabungkan menjadi Universiteit Negeri Gadjah Mada yang berkedudukan di Yogyakarta. Universitas tersebut terdiri dari :
- Fakultas Hukum
- Fakultas Sosial dan Politik
- Fakultas Teknik
- Fakultas Kedokteran
- Fakultas Kedoteran Gigi dan Farmasi
- Fakultas Sastra dan Filsafat
- Fakultas Pertanian
- Fakultas lain menurut ketetapan Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan dengan memperhatikan pertimbangan Senat “Universiteit Negeri Gadjah Mada.
Kedelapan fakultas tersebut telah beroperasi sejak 1 November 1949. Pada tanggal 19 Desember 1949, di Sitihinggil Kraton Yogyakarta diresmikian Universiteit Negeri Gadjah Mada. Prof. Dr. A. Sardjito ditetapkan sebagai Presiden Universiteit yang pertama. Pada hari itu juga ditetapkan senat Universiteit Negeri Gadjah Mada sebagai berikut :
Ketua : Prof. Dr. Sardjito
Sekretaris : Prof. Mr. Drs. Notonagoro
Anggota : Prof. Ir. Wreksodiningrat
Prof. Mr. Djokosoetono
Prof. Dr. Prijono
Prof. Mr. Soenarjo Kolopaking
Prof. Ir. H. Johannes
Prof. Mr. A.G. Pringgodigdo
Prof. Dr. Soetopo
Prof. Mr. Wirjono Prodjodikoro
Prof. Dr. Aboetari
Prof. Drs. Soeparwi
Sedangkan universitas yang baru ini, susunan dewan kurator adalah sebagai berikut :
Ketua Kehormatan :Sri Sultan HB IX
Ketua : Sri Paku Alam VIII
Wakil : Soetardjohadikoesoemo
Anggota : Dr. Kodijat
Ki Hadjar Dewantara
Prof. Ir. Wreksodiningrat
Mr. Hadi
Ir. Goenoeng Iskandar
Mr. S. Poerwokoesoemo
Samadikoen
Moestadjab
Tanggal 19 Desember 1949 dipilih seperti disebut Bung Karno adalah untuk memperlihatkan kepada dunia luar bahwa Bangsa Indonesia sanggup bangkit, meskipun sudah diserang habis-habisan oleh Belanda, 19 Desember 1948, dengan kata lain tanggal 19 Desember 1949 dipilih untuk menghilangkan noda 19 Desember 1948.
Perlu diketahui bahwa pada saat berdirinya, menurut Peraturan Pcmerintah No. 23 Tahun 1949, UGM memiliki enam fakultas, yaitu:
- Fakultas Teknik (di dalamnya termasuk Akademi Ilmu Ukur dan Akademi Pendidikan Guru Bagian Ilmu Alam dan Ilmu Pasti).
- Fakultas Kedokteran di dalamnya termasuk bagian Farmasi, bagian Kedokteran Gigi dan Akademi Pendidikan Guru bagian Kimia dan limu Hayat.
- Fakultas Pertanian di dalamya ada Akademi Pertanian dan Kehutanan.
- Fakultas Kedokteran Hewan.
- Fakultas Hukum di dalamnya ada Akademi Keahlian Hukum, Keahlian Ekonomi dan Notariat, Akademi Ilmu Politik dan Akademi Pendidikan Guru Bagian Tatanegara, Ekonomi dan Sosiologi.
- Fakultas Sastra dan Filsafat di dalamnya ada Akademi Pendidikan Guru bagian Sastra.
Pada tahun 1954 nama Universiteit Negeri Gadjah Mada diganti menjadi Universitas Gadjah Mada. Hal ini sesuai dengan peraturan pemerintah yang memutuskan untuk menggunakan istilah universitas dan fakultas untuk seluruh perguruan tinggi di seluruh Indonesia.