Gus Dur dan Kesetaraan Pendidikan Formal dan Nonformal

Bogor (3/5) Abdurrahman Wahid atau Gus Dur merupakan seorang yang pernah sekolah di pendidikan formal dan pendidikan non formal. Gus Dur memahami, peran pendidikan nonformal semacam pesantren atau sekolah-sekolah berbasis komunitas, punya andil dalam penguatan karakter dan pencerdasan kehidupan berbangsa.

Gus Dur, misalnya, saat menjabat sebagai Ketua Umum PBNU, melakukan reformasi pendidikan pesantren dan meningkatkan kualitasnya setara dengan sekolah negeri. Pada tahun 1987, Gus Dur pernah mendirikan kelompok belajar di Probolinggo, Jawa Timur, sebagai forum tafsir atas khasanah-khasanah teks keislaman yang kerap diinterprestasikan secara tekstual. Sebuah forum yang menjadi embrio bagi tumbuhnya ide-ide liberal dan progresif di kalangan intelektual muda muslim di masa-masa berikutnya.

Reformasi pendidikan yang digelar Gus Dur terletak pada penekanan otonomi dan melakukan pemetaan tugas yang komprehensif dan kewenangan pemerintah pusat dan daerah mengatur dunia pendidikan. Gus Dur mempunyai pemahaman yang sama dengan pemikir pendidikan Johannes Muller bahwa pendidikan universal bisa tumbuh di sekolah maupun di tengah masyarakat. Oleh Karena itu muncul istilah yang diakui secara resmi dalam kebijakan pendidikan Nasional yaitu pendidikan formal dan pendidikan nonformal. Cetak biru pendidikan berbasis sekolah dan pendidikan universal itu tertuang dalam UU No. 25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional (Khusus Bidang Pendidikan).