Tantangan Forsa dalam Upaya Meraih Mimpi

0
467

Pada tahun 2003 Forum Remaja Sangiran atau disingkat Forsa berdiri untuk mendorong pelibatan anggota dalam berbagai bidang khususnya bidang kepemudaan dan olahraga. Pada sekitar tahun 2016 Forsa melirik bidang wisata berbasis potensi sekitar dan masyarakat lokal. Hal ini bertujuan mengangkat derajat hidup masyarakat sekitar, dengan menggarap sebuah peninggalan yang dari cerita masyarakat sekitar, terdapat sebuah bukit yang di atasnya terdapat makam pengikut Joko Tingkir.
Tempat ini dikenal dengan sebutan Punden Tingkir, lokasinya tidak jauh dari Museum Sangiran Klaster Krikilan. Museum yang mampu menarik pengunjung lebih dari 300 ribu orang tiap tahunnya, hal ini merupakan potensi yang harus dimanfaatkan. Forsa bergerak dalam bidang wisata yang ke depan ingin melibatkan masyarakat sekitar. Forsa mulai hadir sebagai wadah untuk menampung aspirasi yang kemudian bergerak untuk mengajak masyarakat membangun diri dan desanya.
Forsa mulai membangun Punden Tingkir sebagai tempat wisata dan relijius, membuktikan Desa Krikilan punya sumber daya alam. “Punden itu dulu sering untuk tempat wisata saat Museum Sangiran masih berlokasi di tempat yang saat ini digunakan sebagai Balai Desa Krikilan. Saat itu, banyak yang mengunjungi punden, pengunjungnya merupakan wisatawan mancanegara maupun lokal”, jelas Aris Rustioko yang merupakan penggagas Forsa.
Di punden terdapat pohon besar dan konon peninggalan Joko Tingkir, di atas bukit terdapat 3 makam, Joko Tingkir dan diperkirakan anak buahnya. Seiring berjalannya waktu Punden Tingkir kemudian tidak terurus dan terabaikan karena pengunjung yang datang berkurang dikarenakan museum berpindah ke lokasi yang ada sekarang. Punden Tingkir pada awalnya merupakan tempat yang dianggap keramat oleh masyarakat sekitar sehingga tidak terurus. Awalnya Punden Tingkir hanya semak belukar yang tidak banyak didatangi orang kecuali orang-orang tertentu yang berniat untuk berziarah. Awal pengerjaan tempat ini oleh Forsa merupakan sebuah tugas berat karena belum banyak mendapat dukungan. Di awal upaya mengembangkan Punden Tingkir, Forsa mendapatkan tantangan dan benturan dari luar dan dalam. “Selain benturan dari luar ada juga dari dalam sendiri, benturan dengan keluarga karena sebagian anggota Forsa merupakan keluarga muda yang memiliki anak istri yang perlu dihidupi. Selain itu masyarakat sekitar meskipun belum banyak yang bisa menikmati hasil, paling tidak nonton ke sana, ke depan diharap masyarakat sekitar dapat berperan serta”, lanjut Aris.
Tantangan itu sudah dijawab oleh Forsa, dengan meyakinkan keluarga bahwa apa yang mereka lakukan merupakan sebuah mimpi besar yang berdampak positif bagi masyarakat. Tantangan dari masyarakat yang awalnya tidak peduli bahkan menentang, setelah melihat kesungguhan Forsa dalam upaya meraih mimpi, perlahan mulai memberikan dukungan. “Saat kami melakukan pengecoran jalan, para tokoh masyarakat ikut gotong royong tanpa kami ajak, masyarakat sekitar datang dengan membawa alat-alatnya masing-masing. Yang memiliki kelebihan datang dengan membawa semen, pasir, dan berbagai hal yang dibutuhkan”, pungkas Aris beremangat.
Sebuah tantangan Forsa yang dijawab diawal keterlibatannya dalam menggugah warga sekitar untuk peduli dan menyadari potensi sekitarnya. Tantangan Forsa dalam meraih mimpi membangun Punden Tingkir sebagai tempat wisata berbasis potensi sekitar dan masyarakat lokal, menggerakkan kesadaran masyarakat dengan memberi contoh dan organisasi sebagai modal sosial penting. (Wiwit Hermanto)