Liung tse dan Liung khu

0
781

Khususnya di Cina Selatan, fosil pernah dipercaya sebagai sisa tulang naga (dragon’s bone) yang pada awal abad kedelapan belas masih dipergunakan oleh para sinshe untuk mengobati berbagai macam penyakit seperti penyakit hati, epilepsi, dan sembelit. Fosil khususnya berupa gigi-geligi dan tanduk dipergunakan sebagai obat dengan cara direbus kemudian ditumbuk halus untuk diminum. Di Hongkong para sinshe mempergunakan fosil sebagai obat untuk gejala penyakit seperti penyakit jantung, hipertensi, penyakit syaraf, epilepsi, desentri, demam, insomnia, dan bahkan sebagai obat awet muda. Fosil-fosil untuk obat dibagi menjadi dua jenis: liung tse (gigi-geligi naga) yang sangat mujarab dan liung khu (tulang belulang naga) yang tidak begitu berkhasiat tetapi juga bermanfaat. Pemanfaatan fosil sebagai media penyembuhan diperkirakan sudah mulai sejak Dinasti Han (206M).

Demikian pula ketika von Koenigswald menelusuri toko-toko obat tradisional Cina di Jawa, Sumatera, Bali, Kalimantan, dan Sulawesi, banyak sekali ditemukan fosil-fosil gigi binatang diantara ramuan obat lainnya. Kepercayaan akan khasiat fosil-fosil tersebut telah ada dalam tradisi pengobatan Cina.

Sumber: Museum Manusia Purba Klaster Ngebung