Sagu Meranti Punya Sejarah Panjang

0
1245

Sagu dari Kepulauan Meranti, Provinsi Riau memiliki sejarah yang panjang. Pada abad 19, sagu Meranti sudah dikelola secara besar besaran.

Wakil Bupati Kepulauan Meranti, Said Hasyim membuka Dialog Kesejarahan Sagu Meranti Dalam Perspektif Sejarah yang digelar Balai Pelestarian Nilai Budaya Kepri, Selasa (29/10) kemarin di Afifa Sport, Selatpanjang. Hasyim berharap kegiatan ini dapat memberikan pemahaman kepada peserta tentang sejarah tersebut, sehingga semakin menumbuhkan rasa cinta kepada Meranti.

Ia sangat mengapresiasi kegiatan ini untuk menggali Sejarah Sagu sebagai referensi bagi generasi mendatang. Ke depan ia berharap kepada Dinas Pendidikan Meranti dapat memasukan Sejarah Sagu dalam mata pelajaran muatan lokal, sehingga dapat diteruskan kepada para anak didik di sekolah.

Agar sagu terus lestari, wakil bupati juga mengajak para peserta bukan saja mempelajari sejarah Sagu Meranti tetapi dapat membuat dan menciptakan aneka kuliner berbahan dasar Sagu. Seperti ghobak, lempeng Sagu, sempolet, sagu rendang, dan lainya.
“Dulu badan orang Selatpanjang besar-besar dan kuat menebang pohon dan mengarungi lautan karena makan sagu. Sekarang sejak banyak mengkonsumsi beras justru kecil-kecil,”ujarnya.

Dalam lebih melestarikan Sagu, Wabup mendorong dibangunya Museum Sagu di Meranti tujuannya agar generasi berikutnya dapat mengenal Sejarah Sagu dan tetap dapat dikembangkan menjadi makanan pokok alternatif di Indonesia khususnya Kepulauan Meranti.

Sementara, Kepala Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Kepri, Toto Sucipto, mengatakan dulunya Selatpanjang dikenal sebagai Kota Sagu, namun seiring waktu julukan itu semakin memudar karena masyarakat Meranti sudah mulia meningalkan Sagu sebagai makanan pokok diganti dengan beras. Hal ini menurut Toto Sucipto menghawatirkan bagi kelestarian Sagu dimasa akan datang ia menilai Sejarah Sagu sangat penting untuk mengembalian kecintaan masyarakat mengkonsumsi dan menjadikannya sumber makanan pokok.

Budayawan Taufik Ikram Jamil dalam pemaparannya mengajak masyarakat jangan sampai melupakan sejarah dalam hal ini Sejarah Sagu agar tidak terlepas dari makna-makna yang tersimpan didalamnya.

“Tidaklah kehilangan sejarah itu menyebabkan kitapun terlempar dari makna-makna karena makna tersimpan didalam tanda. Sedangian disisi lain manusia pada hekekatnya mencari makna melalui tanda yang dapat dijumpai dalam sejara,”kata TIJ.

Sekretaris Umum LAMR Meranti Kepulauan Meranti, Abdullah dalam pemaparannya mengulas masalah kearifan lokal Sagu yang dapat menjadi sumber ketahanan pangan.

Bentuk-bentuk kearifan lokal Sagu di masyarakat Meranti menurutnya sebagai berikut dijadikan sebagai sumber inspratif dalam berkarya, pengganti memecahkan masalah dalam proses pembangunan, digunakan sebagai pondasi membangun jalan ditanah gambut.

Dinamika sagu Meranti abad ke 19 dibahas Peneliti Madya BPNB Kepri, Anastasia Wiwik Swastiwi. Ia membandingkan dengan kondisi usaha sagu di Kepulauan Riau zaman Kerajaan Riau Lingga. Sultan Sulaiman Badrul Alamsyah II mengeluarkan kebijakan untuk mengembangkan sagu di Lingga. “Sagu di Meranti sudah ada sejak lama. Zaman kerajaan Siak abad 19, berkembang pesat. Di Lingga zaman Sultan Sulaiman abad 19,”kata Wiwik.