Silat Tiga Berantai

You are currently viewing Silat Tiga Berantai

Silat Tiga Berantai

Poster Iko Uwais dalam Film The Raid 2
Sumber: www.impawards.com

Tahukah anda sosok Iko Uwais? Ia adalah seorang Aktor yang sukses membintangi film laga layar lebar berkat sekuel film The Raid 1,2, dan 3. Ketrampilannya bermain silatlah yang membuat ia dapat terkenal tidak saja di Indonesia tetapi juga di mancanegara. Lalu, ilmu silat aliran apa yang menjadi keahlian bersilat Iko Uwais? Ia mempelajari aliran silat Tiga Berantai. Salah satu aliran silat khas Betawi. Keingintahuan dan keseriusan dalam mempelajari silat Tiga Berantai Tidak lepas dari peran pamannya yang berkecimpung dalam perguruan silat Tiga Berantai.

Logo Perguruan Seni Bela Diri
Tiga Berantai
Sumber: silatindonesiaku.blogspot.co.id

Aliran Tiga Berantai terdiri atas tiga aliran besar ilmu silat: Si Macan, Si Tembak, dan Si Karet. Si Macan adalah ilmu silat yang dimiliki dan diwariskan Pangeran Jayakarta. Cirinya adalah serangan cakar jari tangan dengan landasan tenaga dalam yang kuat. Dalam pertarungan, cakar digunakan untuk menyerang titik lemah musuh, seperti mata dan tenggorokan. Jari-jari yang sudah dilandasi tenaga dalam bisa sangat mudah merobek kulit musuh, kata Ahmad.
Adapun Si Tembak adalah ilmu silat yang diwariskan Pangeran Sugiri, kerabat Pangeran Jayakarta. Ciri khasnya adalah menggunakan pukulan telapak kedua belah tangan dengan posisi tubuh yang tegap dan kuda-kuda yang kuat. Pukulan telapak yang terbuka serta dialiri tenaga dalam itu dilakukan dengan cepat dan berkali-kali dengan kedua lengan lengan saling memukul sehingga menimbulkan bunyi.
Yang ketiga adalah Si Karet, ilmu silat yang merupakan penggabungan dari berbagai aliran. Karakter gerakannya cepat dan keras serta memiliki variasi serangan dan gerak yang beragam. Aliran yang membentuknya, antara lain, aliran Kebon Manggis dari H Solihin, Cikaret dari Jawa Barat, aliran Mak Inem Pengasinan dari Karawang, dan Serak dari Pak Muhin di Tenabang.
Selain itu, aliran ini juga dipadukan dengan aliran silat Si Sabar dari Kebon Sirih dan Giek Sao dari Cina Utara. Si Sabar adalah ilmu yang diajarkan Engkong Musa.
Dengan warisan aliran silat yang begitu kaya, tidak mengherankan jika Tiga Berantai menjadi perguruan silat yang cukup disegani. Tiga Berantai, yang juga salah satu perguruan pendiri Ikatan Pencak Silat Indonesia, sering kali menguasai turnamen pencak silat dalam dan luar negeri serta telah mencetak banyak juara.
Juara nasional kategori seni dari Tiga Berantai, seperti Eko Wahyudi dan Uwes Qorni, sering kali mendapat undangan untuk pentas dan hadir di ajang atau event silat internasional yang diselenggarakan Persekutuan Silat Antar-Bangsa.
Sejarah aliran ini cukup panjang. Kisahnya dimulai pada 1580-an hingga 1619, Jakarta dipimpin seorang adipati bernama Pangeran Jayakarta Wijayakrama. Konon istana sang pangeran terletak di Jakarta Utara, yang kini dinamai Jalan Pangeran Jayakarta di wilayah Mangga Dua.
Sang pangeran mewarisi kekuasaan atas Jakarta dari ayahnya, Pangeran Tubagus Angke , menantu Sultan Maulana Hasanuddin, penguasa Banten yang merupakan putra Sunan Gunung Jati.
Ketika Pangeran Jayakarta berkuasa, armada Maskapai Perdagangan Belanda (VOC) menyerang pada Mei 1619. Pangeran Jayakarta bertahan habis-habisan dari serangan tentara VOC pimpinan Gubernur Jenderal Jan Pieterszoon Coen.
Pertempuran sengit terjadi, pasukan Jayakarta pun terdesak. Belanda mengepung dari arah Senen, Pelabuhan Sunda Kelapa, dan Tanjung Priok. Karena terjepit, Pangeran Jayakarta dan pasukannya bergerak mundur ke timur hingga daerah Sunter, lalu ke selatan. Sambil terus bergerak ke selatan, ketika itu Pangeran Jayakarta membuang jubahnya ke sebuah sumur tua.
Mengira Pangeran Jayakarta telah tewas di dalam sumur tua itu, Pasukan Belanda menghentikan pengejaran dan menimbun sumur tersebut dengan tanah. Belanda mengira Pangeran Jayakarta sudah mati. Setelah Jayakarta dikuasai Belanda, Gubernur Jenderal Coen mengubah nama Jakarta menjadi Batavia.
Pangeran Jayakarta dan sisa pengikutnya meneruskan perjalanan dan bertahan di hutan jati di tenggara Jakarta. Wilayah itu kelak disebut Jatinegara, yang bermakna negara atau pemerintahan di hutan jati atau bisa juga diartikan pemerintahan (Jakarta) yang sejati.
Di wilayah ini pula Pangeran Jayakarta terus menggalang kekuatan untuk melawan Belanda. Ia menyamar sebagai rakyat jelata dan terus bergerilya hingga akhir hayat. Anak keturunannya terus hidup dan menyembunyikan identitas.
Salah satu ciri keturunan Pangeran Jayakarta adalah bernama depan Ateng, yang sebenarnya berarti raden. Tidak hanya nama yang diwariskan, tapi juga permainan pencak silat. Salah satu ahli warisnya adalah Haji Ateng Abdulrahim (1885-1970).
Ateng Abdulrahim, yang setelah menunaikan ibadah haji dipanggil H Ibrahim, pada masanya dikenal jago Mester, Jatinegara. Ia belajar ilmu silat dari sang ayah, Ateng Abdul Hamid, dan pamannya, Ateng Arwah, serta Ateng Damis. Ia juga belajar banyak dari guru silat lainnya, seperti Ki Asnawi dan H Solihin.
Ibrahim lalu mewariskan ilmu silatnya kepada muridnya, H Ahmad Bunawar dan H Deddy Setiadi. Keduanya mendirikan perguruan pencak silat Tiga Berantai pada 1975.

Sumber Tulisan:
Amal Ihsan, “Tiga Berantai Putra Betawi”, dalam http://www.silatindonesia.com/ 2009/12/tiga-berantai-putra-betawi/ tgl 03 Dec 2009
http://www.tigaberantai.com/home.html
http://pencaksilat3berantai.blogspot.co.id/2008/10/silat-tiga-berantai-ahli-waris-ilmu.html
Agustinus Sufianto; Sugiato Lim; Andyni Khosasih, 2015. “Akulturasi Unsur Kungfu Tiongkok Dalam Pencak Silat Betawi”, dalam Jurnal LINGUA CULTURA Vol.9 No.1 May 2015
https://www.facebook.com/PSTigaBerantaiNL/

oleh: Irvan Setiawan