Nuranani, Dalang Topeng Losari

You are currently viewing Nuranani, Dalang Topeng Losari

Nuranani, Dalang Topeng Losari

Nuranani, Dalang Topeng Losari

oleh:
Risa Nopianti
(BPNB Jabar)

Nuranani, Dalang Topeng Losari
Sumber Foto: Dokumentasi BPNB Jabar

Nuranani Maska Irman atau yang lebih dikenal dengan panggilan Nani, seorang perempuan Cirebon asli yang lahir 43 tahun lalu, merupakan seniman topeng yang lahir dari keluarga tari topeng tradisi. Beliau merupakan generasi penerus tari Topeng Losari yang diwariskan langsung dari neneknya bernama Sawitri. Sebagai keluarga seniman topeng, mereka percaya bahwa tradisi itu tidak hanya sekedar bagaimana kita ada di lingkungan masyarakat sebagai keluarga pengemban tradisi, tetapi lebih kepada ritual bagaimana mendekatkan diri kepada Tuhan.

Berdasarkan tradisi keluarganya yang telah dilakukan secara turun temurun, untuk menjadi seorang dalang topeng (penari topeng) tidaklah mudah. Seorang calon dalang harus melewati beberapa persyaratan yang harus ditempuh dalam tempo waktu cukup lama dan melalui berbagai tahapan proses. Persyaratan tersebut dilaksanakan secara bertahap dari usia kanak-kanak hingga selesai dilaksanakan pasca akhil balig. Apabila seluruh tahapan persyaratan menjadi seorang dalang sudah terpenuhi, maka dia berhak dinobatkan sebagai dalang topeng.

Sejak umur tiga tahun Nani mulai belajar menari topeng kepada neneknya dari pihak ayah yaitu Ibu Dewi. Sepeninggal Ibu Dewi, tepat ketika Nani duduk di bangku kelas 5 SD, Nani kemudian melanjutkan belajar menari kepada Ibu Sawitri, yang merupakan adik kandung dari Ibu Dewi. Sejak saat itu, Nani mulai diajarkan berbagai macam tahapan-tahapan ritual yang harus dilalui oleh seorang calon dalang topeng. Mulai dari melakukan tirakat, merapalkan mantera, hingga ritual puasa. Beberapa jenis puasa yang dilakukannya antara lain puasa sedawu, puasa mutih, puasa ngasrep, puasa ngedang, puasa nganyep, mati geni, dan terakhir puasa nyepi. Semua tahapan itu Nani jalani hingga beliau menjadi mahasiswa semester VIII di STSI Bandung.

Sebelum Ibu Sawitri meninggal pada pertengahan tahun 1998, Ibu Sawitri memberikan ritual pengisi untuk menyiapkan Nani menjadi dalang topeng. Ritual dimulai pada malam hari dengan cara berkeliling kampung menggunakan kemben untuk kemudian mandi di tujuh sumur tua yang ada disekitar tempat tinggalnya. Mandi di tujuh sumur ini dilakukan dengan cara menyiramkan air sebanyak beberapa guyuran pada setiap sumur, angka guyurannya harus ganjil. Sumur yang didatangi untuk mandi haruslah berupa sumur kuno, agar kesan magis lebih tertanam dalam ritual tersebut. Ritual pengukuhan dalang Topeng berlangsung dari tengah malam hingga pukul tiga dini hari. Setelah ritual itu, Nani resmi menjadi dalang Topeng Losari.

Pilihannya menjadi seorang dalang topeng tidak telepas dari komitmennya yang kuat untuk melestarikan tradisi Topeng Losari yang sudah mendarah daging dalam dirinya. Pada dasarnya, sejak kecil ketika neneknya mulai menurunkan kemampuan menari kepada dirinya, Nani telah didapuk menjadi seorang dalang topeng, hanya saja diperlukan adanya pengesahan dengan menempuh serangkaian prosesi ritual. Hal ini dilakukan untuk menguatakan keyakinannya akan makna penting menjadi seorang dalang dalam menjaga tradisi leluhurnya.

Topeng Losari yang dikenal masyarakat saat ini, pada dasarnya berbeda dengan tari topeng lainnya yang ada di wilayah Cirebon khususnya yang berasal dari wilayah barat, seperti Topeng Slangit, Topeng Gegesik, dan sebaginya. Perbedaan itu dapat dilihat dari gerakan, urutan nama gerakan, penyajian, pakem, kostum, musik, sejarah, ritual, dan lainnya.

Masih terngiang dalam ingatanya pesan khusus yang disampaikan Ibu Sawitri kepada Nani yaitu, “ketika kamu sudah dinobatkan menjadi generasi penerus dari Topeng Losari, maka apapun yang terjadi kamu harus konsekuen, komitmenmu harus tinggi terhadap pilihanmu”. Wasiat itulah yang semakin menguatkan komitmen Nani, untuk tetap menekuni bidang seni tari topeng hingga saat ini. Bahkan ketika beliau dihadapkan kepada pilihan sulit antara karir dan keluarga, Nuranani akhirnya dengan berat hati memilih karir menari yang telah membesarkan namanya, di samping untuk tetap melestarikan tradisi Topeng Losari yang diamanatkan kepadanya.

Karirnya sebagai penari topeng juga telah membawanya memperoleh beberapa penghargaan dari pemerintah maupun instansi lain yang semakin mengharumkan nama Nani sebagai dalang Topeng Losari, di antaranya :

  1. Satyalancana Bidang Tari dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, 2011
  2. Penari Muda Terbaik dari Presiden Megawati Soekarnoputri, 2004
  3. Kinarya Guruh Sukarno Putra (GSP) tahun 2000
  4. Pengharagaan dari Kedutaan Besar Amerika Serikat
  5. Penghargaan dari Negara-negara Eropa yang dikunjunginya 2 kali
  6. Generasi Berprestasi dari Didi Nini Thowok
  7. Penghargaan dari Bupati Cirebon Dedi Supardi 2 kali
  8. Perempuan Inspiratif dari Istri Pak Sunjaya tahun 2015
  9. The Women Inspiration dari Tupperware She Can tahun 2013 dan 2016
  10. Penghargaan dari Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata.

Menjaga eksistensi Topeng Losari memang tidak mudah. Diperlukan usaha-usaha ekstra supaya kesenian tradisional ini dalat dikenal luas oleh masyarakat, khususnya generasi muda yang akan menjadi penerusnya kelak. Sejak tahun 2005 Nani mulai merintis dan mengajak muda-mudi untuk belajar menari di sanggarnya. Keberadaan sanggar Topeng Losari dan murid-murid yang ada di bawah pengasuhannya, menjadi celah bagi Nani untuk terus mempertahankan dan mengembangkan seni topeng ini. Hasil kerja Nani dari panggung ke panggung, event-event Festival, bantuan-bantuan pemerintah, hingga penghasilan pribadinya dari mengajar les menari secara privat, digunakan secara total untuk menopang berjalannya sanggar tari Topeng Losari.

Dengan penuh rasa optimis Nani berpendapat bahwa, “apabila bekerja dengan sepenuh hati, maka apapun yang kita lakukan bersifat postif, maka hasil yang kita terima pun akan positif juga”. Menurut Nani tidak ada doa yang tidak dikabulkan Allah SWT. Nani berniat untuk terus berusaha menjaga dan melestarikan tari Topeng Losari, salah satunya strateginya dengan membina hubungan baik terhadap orang-orang yang bisa dijadikan batu loncatan menuju puncak kesuksesan. Nani juga bersahabat dengan para wartawan dan potografer yang memposting foto-foto menarinya di media sosial sehingga kemudian dia banyak dikenal oleh masyarakat sebagai “NANI TOPENG LOSARI”. Nani ingin dikenal oleh masyarakat karena kualitasnya dalam menari topeng, tidak semata menyandang nama besar Ibu Sawitri sebagai penerus Topeng Losari.