“Terletak menyilang di seberang kweekschool lama adalah tempat dibangunnya bagian persiapan. Awalnya terletak di dalam gedung semi-permanen, kemudian menurut laporan, beberapa ruangan rawan mengalami keruntuhan, (namun) para siswa muda sekarang berada dalam kondisi lebih baik”

(jurnal Indisch Bouwkundig Tijdschrift (IBT) edisi Januari 1911)

Gedung Voorbereidende Afdeling der Kweekschool voor Inlandsche Onderwijzers (Departemen Persiapan Sekolah Pelatihan Guru-guru Pribumi) diolah dari jurnal Indisch Bouwkundig Tijdschrift (IBT) edisi Januari 1911 (Foto: Dok. BPCB DIY 2022)

     Kweekschool atau Sekolah Guru, sebuah jenjang yang menandai fase baru dalam sejarah pendidikan di Indonesia. Kehadiran sekolah guru di Hindia Belanda dimulai pada akhir abad 19 dan awal abad 20.  Sekolah guru menjadi sebuah upaya dari pemerintah Hindia Belanda untuk memajukan pendidikan bagi penduduk bumiputra.

     Penduduk bumiputra mulai mendapat materi pendidikan. Mereka dibutuhkan untuk menggantikan tenaga terampil dari bangsa Belanda dan bangsa Barat lainnya. Tenaga terampil terutama dibutuhkan kelompok pengusaha swasta. Tenaga terampil bumiputra ini diharapkan memiliki harga yang lebih terjangkau dari pada tenaga terampil dari bangsa Belanda dan bangsa Barat lainnya.

     Kebutuhan tenaga terampil yang murah adalah alasan pemerintah Hindia Belanda mulai mendirikan sekolah. Pada tahun 1871, pemerintah mengeluarkan peraturan tentang pendidikan untuk guru bumiputra. Peraturan ini  diperlukan sebagai langkah awal dari pendirian sekolah dasar bumiputra. Praresta Sasmaya Dewi dalam artikel Perkembangan Kweekschool (Sekolah Guru) di Yogyakarta Tahun 1900-1927, menyebutkan bahwa Kweekschool di Hindia Belanda pertama dibuka pada tahun 1852. Pembukaan ini segera diikuti dengan pembukaan sekolah guru di sejumlah lokasi di Indonesia. 

Sejarah Kweekschool di Yogyakarta

     Pendirian Kweekschool voor Inlandsche Onderwijzers (Sekolah Pelatihan Guru-guru Pribumi) di Yogyakarta tertera dalam Staatsblad van Nederlandsch Indie No. 156 tahun 1894. Pembukaan sekolah baru dilakukan  pada tahun 1897. Staatsblad van Nederlandsch Indie No. 59 Tahun 1897 menyebutkan jika Kweekschool voor Inlandsche Onderwijzers dibuka pada 6 Februari 1897. Staatsblad ini juga memuat sejumlah informasi dari Kweekschool. Informasi tersebut meliputi jumlah siswa, gaji direktur, pengurangan formasi tenaga pengajar, biaya alat tulis, alat peraga dan perawatan perabotan serta gaji pegawai bawahan dan para pembantu yang bekerja di Kweekschool tersebut.

Bekas Gedung Departemen Persiapan Sekolah Pelatihan Guru-guru Pribumi sekarang menjadi markas Komando Distrik Militer (Kodim) 0734 Kota Yogyakarta (Foto: Dok. BPCB DIY 2010)

     Sekolah ini menerima siswa yang berusia 12 sampai 16 tahun. Syarat untuk diterima dan belajar di sekolah tersebut  adalah lulus Sekolah Jawa kelas satu. Syarat lainnya adalah harus lulus ujian sejumlah materi di antaranya berhitung, berbahasa dan menulis Jawa, menulis indah, ilmu bumi dan bahasa Melayu dalam aksara latin. Ujian penerimaan tersebut dilakukan di hadapan komite sekolah oleh inspektur atau wakil inspektur yang dibantu para guru di sekolah tersebut.

     Siswa yang belajar di Kweekschool ini tinggal di asrama yang sudah disediakan oleh pihak sekolah. Departemen Pendidikan, Agama dan Perindustrian sebagai lembaga yang mengelola sekolah di masa Hindia Belanda, menyebutkan bahwa siswa yang belajar di sekolah ini menerima materi pembelajaran dan alat tulis secara gratis.

     Masa belajar di sekolah ini  adalah 4 tahun. Materi pendidikan yang diberikan meliputi bahasa Jawa dan bahasa Melayu, ilmu pengajaran dan pendidikan (pedagogi), ilmu bumi, sejarah Hindia, membaca dan menulis, berhitung, mencetak, menggambar, menyurvei, ilmu pasti, dan sejarah alam. Pada siswa yang tingkat tinggi juga diberikan materi praktik mengajar.

     Pendidikan agama diberikan sebagai ekstra kurikuler. Nakamura dalam Bulan Sabit di atas Pohon Beringin (2021) menyebutkan jika KH. Ahmad Dahlan juga mengajar untuk memberi materi tentang agama Islam pada para siswa Kweekschool.

     Lulusan dari sekolah Kweekschool voor Inlandsche Onderwijzers ini mendapat gelar setara diploma saat ini. Gelar ini mengangkat mereka sebagai guru Jawa. Mereka akan memulai masa dinasnya sebagai guru pembantu pada sekolah dasar Jawa kelas satu. Hal ini ditegaskan dalam Staatsblad van Nederlandsch-Indie No. 302 Tahun 1897

     Kweekschool voor Inlandsche Onderwijzers memiliki departemen persiapan. Departemen ini berfungsi mendidik sejumlah murid sebelum memulai belajar di Kweekschool. Bagian ini disebut Voorbereidende Afdeling der Kweekschool voor Inlandsche Onderwijzers (Departemen Persiapan Sekolah Pelatihan Guru-guru Pribumi).

     Gedung Kweekschool ini menempati wilayah cukup luas. Reigids Jogjakarta en Omstreken (1909) dan jurnal Indisch Bouwkundig Tijdschrift (IBT) (Januari 1911) menguraikan jika Kweekschool  meliputi sejumlah gedung. Kompleks Kweekschool terdiri atas gedung untuk belajar, rumah direktur dan guru-guru lainnya, serta tempat tinggal dari para siswa. Pada tahun 1909, Reigids Jogjakarta en Omstreken  menyebut jika jumlah siswa di sekolah tersebut adalah 50 orang.

     Jurnal IBT (Januari 1911) menyebutkan jika kompleks Kweekschool ini menempati dua lokasi di daerah Jetis, dengan hanya dipisah oleh jalan raya. Kweekschool voor Inlandsche Onderwijzers menempati gedung yang sekarang menjadi SMA 11 Yogyakarta. Sementara gedung departemen persiapan menempati gedung yang sekarang menjadi markas Komando Distrik Militer (Kodim) 0734 Kota Yogyakarta.

Bekas Kweekschool voor Inlandsche Onderwijzers sekarang menjadi SMA 11 Yogyakarta (Foto: Dok. BPCB DIY 2021)

Perkembangan Kweekschool di Yogyakarta

     Pada perkembangan selanjutnya, pengelolaan dari Voorbereidende Afdeling der Kweekschool voor Inlandsche Onderwijzers tidak sepenuhnya berada di bawah Departemen Pendidikan, Agama dan Perindustrian. Harian de Indische Courant 23 Mei 1924 mengabarkan jika gedung departemen persiapan telah disewakan pemerintah pada Yayasan Keuchenius. Yayasan ini juga mendidik guru sekolah bumiputra untuk sekolah Zending.

     Penggunaan Gedung sekolah oleh Yayasan Keuchenius berlangsung sampai tahun 1928. Surat kabar De Standaard  Sabtu, 21 April 1928 menyebutkan bahwa gedung Departemen Persiapan tersebut kembali diminta oleh Pemerintah. Mereka berencana memfungsikan lagi gedung tersebut seperti sebelumnya, yaitu sebagai Departemen Persiapan dari Kweekschool.

     Pada perkembangan selanjutnya, tidak dijumpai lagi sumber yang membahas  Voorbereidende Afdeling der Kweekschool voor Inlandsche Onderwijzers. Sementara Kweekschool voor Inlandsche Onderwijzers masih dikenal dalam ingatan masyarakat hingga saat setelah proklamasi. Kweekschool voor Inlandsche Onderwijzers yang berlokasi di SMA 11 Yogyakarta ini tetap disebut sebagai Sekolah Raja. Sekolah yang biayanya ditanggung oleh Kerajaan Belanda.

Epilog

     Kehadiran Kweekschool menjadi penanda positif dalam sejarah Pendidikan di Indonesia. Kweekschool mencetak guru bumiputra yang membantu memenuhi keterbatasan tenaga pengajar. Kehadiran guru dibutuhkan untuk mengimbangi munculnya sejumlah sekolah pada masa itu.

     Awal abad 20 adalah masa dimulainya politik etis. Kebijakan yang bertujuan untuk mengganti kerugian masyarakat Hindia Belanda (Indonesia) atas eksploitasi yang dilakukan pemerintah Belanda. Salah satu kebijakan yang dilakukan adalah edukasi, yaitu dengan memperluas bidang pengajaran dan pendidikan.

     Pendirian sekolah guru mulanya hanya bertujuan untuk mempermudah pencarian tenaga kerja terampil yang terjangkau. Pada perkembangannya, sekolah guru ini mampu menjadi sarana dalam menunjang politik etis, bidang edukasi. Kehadirannya mampu meningkatkan taraf pendidikan dari penduduk bumiputra pada masa itu.

Ditulis oleh Shinta Dwi Prasasti, S.Hum., M.A.

Pengelola Data Cagar Budaya dan Koleksi Museum

di Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta