1. Riwayat Penemuan

    Candi Kedulan terletak di Dusun Kedulan, Desa Tirtomartani, Kecamatan Kalasan, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, berada pada koordinat 7° 44’ 28” LS dan 110° 28’ 5” BT, dengan ketinggian 168, 45 meter di atas permukaan air laut. Candi Kedulan ditemukan dalam keadaan runtuh dan terpendam material vulkanik yang terbawa oleh lahar gunung Merapi. Berdasarkan hasil kajian stratigrafi, Candi Kedulan telah tertutup lahar setebal 8 meter yang tersusun atas 15 lapisan sedimen.

    Candi Kedulan pertama kali ditemukan pada 24 September 1993 oleh para pekerja yang sedang menggali pasir. Mereka menemukan susunan blok-blok pada kedalaman tiga meter. Salah satu pekerja bernama Sriyanto, warga Wanabaya, Jogonalan, Klaten, kemudian melaporkan temuan tersebut kepada Balai Pelestarian Cagar Budaya Daerah Istimewa Yogyakarta. Laporan tersebut kemudian ditindaklanjuti dengan melakukan kegiatan ekskavasi penyelamatan.

Lokasi ditemukannya Candi Kedulan pada tahun 1993 (Dok. SPSP DIY. 1993)
  1. Penyelamatan Candi Kedulan

    Ekskavasi penyelamatan terhadap Candi Kedulan dilakukan pertama kali pada  tanggal 15 s.d. 24 November 1993. Kegiatan ini merupakan penelitian pertama yang dilakukan di Candi Kedulan. Ekskavasi diselenggarakan oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya Daerah Istimewa Yogyakarta juga bekerja sama dengan jurusan arkeologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada.

    Tujuan dilakukannya kegiatan ekskavasi penyelamatan adalah untuk menyelamatkan data arkeologi yang sudah tampak agar tidak mengalami kerusakan dan kepunahan yang disebabkan adanya aktivitas manusia dan pengaruh lingkungan sekitar. Selain itu, kegiatan ekskavasi penyelamatan juga bertujuan menampakkan data arkeologi yang masih terpendam di dalam tanah.

Ekskavasi penyelamatan Candi Kedulan pada 1993 (Dok. BPCB DIY. 1993)

    Berdasarkan data arkeologi yang diperoleh dari kegiatan ekskavasi penyelamatan, dapat diketahui beberapa fakta antara lain

  1. Candi Kedulan merupakan bangunan candi yang berlatar belakang agama Hindu, dibuktikan dengan adanya benda temuan berupa lingga, arca Durga Mahisasuramardini dan arca Ganesa yang merupakan pantheon agama Hindu;
  2. Candi Kedulan menghadap ke arah timur, berdasarkan temuan arca Ganesa yang berada di sisi barat bilik candinya;
  3. Denah tubuh candi berbentuk persegi berukuran 4 x 4 meter.

    Berdasarkan hasil rekonstruksi dapat diketahui bahwa Candi Kedulan terdiri dari satu candi induk menghadap ke arah timur dan tiga candi perwara berada di sisi timur candi induk. Dari hasil ekskavasi ditemukan benda-benda yaitu Lingga-Yoni, arca Durga Mahisasuramardini, arca Nandiswara, arca Mahakala, arca Ganesha, dan arca Agastya. Temuan-temuan tersebut diinterpretasikan berasosiasi dengan candi induk. Selain itu ditemukan arca Nandi, dua buah padmasana dan lingga-yoni yang diduga bagian dari candi perwara.

    Candi induk secara vertikal terdiri atas tiga bagian, yaitu kaki candi, tubuh candi, dan atap candi. Bagian kaki candi berdenah persegi berukuran 12,05 x 12,05 meter dan tinggi 2,72 meter dengan penampil di sisi timur yang berfungsi sebagai tangga masuk. Pada bagian pipi tangga terdapat hiasan makara. Bagian kaki candi juga memiliki selasar yang dikelilingi pagar langkan.

    Bagian tubuh candi induk berukuran lebih kecil dibandingkan dengan bagian kaki candinya, yaitu 4 x 4 meter dan tinggi 2,6 meter. Di dalam tubuh candi terdapat bilik yang di dalamnya ditempatkan lingga dan yoni. Pintu masuk ke dalam bilik berada di sisi timur, sedangkan pada kanan-kirinya terdapat relung berisi arca Mahakala dan arca Nandiswara.

    Pada dinding tubuh candi terdapat relung di setiap sisinya, kecuali pada sisi timur yang merupakan pintu masuk ke dalam bilik. Pada relung sisi utara berisi arca durga dan di bawah relung tersebut terdapat lubang yang berfungsi sebagai saluran air menuju selasar. Relung sisi barat berisi arca Ganesa, dan relung sisi selatan belum ditemukan arca yang mengisinya. Bagian atas relung berhiaskan kala tanpa rahang bawah, di kanan kiri relung berhiaskan pilaster dengan motif dedaunan dan makara.

    Selain bangunan candi induk dan candi perwara, Candi Kedulan memiliki pagar halaman I dan halaman II, hingga saat ini yang telah ditemukan berupa pagar halaman I sisi utara dan selatan.

Situasi Candi Kedulan pada tahun 2015 tampak atas (sisi selatan) (Dok. BPCB DIY. 2015)
  1. Sejarah Pendirian Candi Kedulan

    Sampai sekarang belum ditemukan bukti tertulis yang menerangkan tentang sejarah pendirian Candi Kedulan. Sumber tertulis yang dapat dikaitkan dengan Candi Kedulan adalah dua buah prasasti yang ditemukan pada tahun 2002 yaitu prasasti Sumuņdul dan prasasti Pananggaran. Kedua prasasti tersebut bertuliskan huruf serta bahasa Jawa Kuna berangka tahun 791 Saka (869 M).

    Kedua prasasti tersebut telah berhasil dibaca, diterjemahkan, dan diinterpretasikan oleh Cahyono Prasodjo dan Riboet Darmosutopo dari Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada. Isinya yaitu menjelaskan tentang adanya sebuah dawuhan (dam) yang digunakan oleh masyarakat dari dua desa yakni Pananggaran dan Parhyangan, serta adanya kewajiban membayar pajak untuk pengelolaan dam tersebut. Hal tersebut menunjukkan bahwa masyarakat pada masa itu sudah mengenal manajemen irigasi dan pemanfaatannya dalam pertanian dengan baik.

    Pada kedua prasasti tersebut juga disebutkan adanya bangunan suci bernama Tiwagaharyyan, namun tidak ada keterangan yang menunjukkan bahwa bangunan suci itu adalah Candi Kedulan atau bukan. Sampai saat ini juga belum ditemukan bukti pendukung mengenai waktu pendirian bangunan suci Tiwagaharyyan. Oleh karena itu, untuk menentukan masa pendirian Candi Kedulan untuk sementara ini mengacu pada angka yang tertera pada prasasti Sumuņdul dan prasasti Pananggaran  yang berangka tahun 791 Saka atau 869 Masehi. Kedua prasasti tersebut diperkiran dibuat sezaman dengan masa pendirian Candi Kedulan.

Prasasti Sumuņdul (Dok. BPCB DIY. 2018)
Prasasti Pananggaran (Dok. BPCB DIY. 2018)
  1. Pemugaran Candi Kedulan

    Candi Kedulan pertama kali ditemukan pada 24 September 1993 oleh penambang pasir dalam kondisi terpendam tanah. Candi yang terletak di Dusun Kedulan, Desa Tirtomartani, Kalasan, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta tersebut tertimbun material vulkanik hasil erupsi Gunung Merapi yang terjadi secara bertahap selama berabad-abad. Upaya penyelamatan terhadap Candi Kedulan pertama kali dilakukan Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala DIY (sekarang Balai Pelestarian Cagar Budaya D. I. Yogyakarta) bekerja sama dengan Jurusan Arkeologi Universitas Gadjah Mada melakukan ekskavasi penyelamatan pada 15 s.d. 24 November 1993.

    Pascaekskavasi penyelamatan yang pertama pada tahun 1993, kegiatan pelestarian Candi Kedulan dilaksanakan secara berkesinambungan meliputi:

  1. Ekskavasi, pengumpulan data, dan anastilosis pada tahun 1993 s.d. 2001.
  2. Studi kelayakan pada tahun 2002. Hasilnya kegiatan: a) menemukan komponen batu candi sebanyak 85%; b) bentuk candi dapat diketahui; c) rekomendasi bahwa Candi Kedulan layak dipugar.
  3. Studi teknis pada tahun 2004. Hasil kegiatan: a) menentukan teknis pelaksanaan pemugaran, b) menetapkan jumlah anggaran biaya untuk pemugaran, dan c) menentukan rencana penataan lingkungan Candi Kedulan.
  4. Pengumpulan data dan pembongkaran Candi Induk pada tahun 2015 dan 2017.
  5. Pemugaran Candi Induk pada tahun 2018.
  6. Pemugaran Candi Perwara pada tahun 2019.
Pemugaran Candi Induk (Dok. BPCB DIY. 2018)
Pemugaran Candi Perwara (Dok. BPCB DIY. 2019)
Candi Perwara Kedulan (Selatan) (Dok. BPCB DIY. 2019)
Candi Perwara Kedulan (Tengah) (Dok. BPCB DIY. 2019)
Candi Perwara Kedulan (Utara) (Dok. BPCB DIY. 2019)