MEMANFAATKAN TINGGALAN ARKEOLOGI TERBARU

DALAM PENULISAN SEJARAH MINANGKABAU

Aulia Rahman, S.Hum

 

Pada seminar yang dilakukan oleh Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia (IAAI) Wilayah Sumatera Bagian Tengah tangal 6 November 2018 di UIN Imam Bonjol, salah satu temanya adalah Tinggalan Arkeologi Sumatera Barat Terbaru dan Manfaatnya dalam Penulisan Sejarah Minangkabau yang ditulis Kepala Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Sumatera Barat. Dalam makalah dapat dinterpetasikan bahwa mengajak secara tidak langsung peneliti, Penulis, ataupun peminat sejarah minangkabau untuk memanfaatkan temuan-temuan terbaru Arkeologi yang ada disumatera barat.

Beberapa tahun terakhir sejarah Minangkabau hanya ditulis berdasarkan tema-tema tertentu. Artinya belum ada karya komperenship tentang sejarah minangkabau sejak ditulis buku sejarah MInangkabau oleh M.D Mansoer dan kawan-kawan. Beberapa tahun yang lalu pada pertengahan tahun 2017, tim peneliti dari the Macquarie University dan University of Queensland mempublikasikan hasil penelitiannya di jurnal ilmiah bergengsi dunia Nature tentang analisa terbaru potongan gigi manusia yang ditemukan di Gua Lida Ayer, Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat, Indonesia. Analisa ini dilakukan oleh Penelitian ini terhadap pola migrasi manusia. Sebelumnya orang seorang ahli paleo-anthropologist Belanda Eugene Dubois dalam serangkaian ekspedisi penelitian di berbagai gua di wilayah Sumatera tahun 1800 atau 120 tahun yang lalu.

Publikasi ini secara tidak langsung seakan-akan mengurai benang perjalanan sejarah Minangkabau yang selama belum ditulis. Penelitian ini menjadi penting bagi penulisan sejarah Minangkabau. Jika selama ini Mahat diyakini sebagai daerah pemukiman pertama di Sumaterah bagian tengah, dengan adanya hasil penelitian ini setidaknya mengoncang paradigm lama bahkan merubah arus penulisan sejarah di Minangkabau.

Penemuan Tinggalan Arkeologi terbaru di Sumatera Barat terkait Gua Lidah ajer memberikan dimensi lain tentang tempat-tempat hunian zaman purba di Alam Minangkabau. Awalnya kajian memprediksi temuan gigi di gua ini merupakan gigi manusia purba. Gigi manusia diletakkan di dalam gua antara 73 ribu dan 63 ribu tahun yang lalu, menyiratkan manusia modern tinggal di bentang alam pada saat itu. Bukti dari fosil di gua Lida Ajer ini menunjukkan manusia modern telah tinggal lama di lingkungan hutan hujan Sumatra. Hal ini mengejutkan karena kajian sebelumnya manusia modern hidup di hutan hujan Sumatra di Asia Tenggara sekitar 45 ribu tahun yang lalu. Lida Ajer mewakili, sepengetahuan, bukti awal pendudukan dari penyebaran manusia modern dari Afrika.

Selain itu, temuan terbaru lainnya berkaitan dengan aksara/huruf yang selama ini menjadi titik focus dalam kajian-kajian mengenai Minangkabau. Perdebatan-nerdeban tentang akrsara Minangkabau. Setidakanya penemuan huruf di Ngalau Tompok  menjadi hal yang penting dalam mendukung data penelitian. Aksara Minang memang telah menjadi perdebatan panjang ahli sejarah, antropologi dan linguistik di Sumatera Barat dalam dekade terakhir. Keberadaan aksara Minang masih menjadi misteri yang belum banyak terungkap, dengan sebab data dan fakta yang belum ditemukan. (Dodi: kebudayaan.kemdikbud.go.id) Tanah Datar memang menjadi salah satu wilayah dengan potensi gua bernilai sejarah. Paleontological researches in West Sumatra yang dilakukan oleh Eugene Dobois tahun 1890-1900 di Sumatera Barat telah memberikan informasi terkait sisa peradaban Prasejarah berupa deposit fauna dan fosil gigi “homo sapiens” di Gua Lidah Air (Payakumbuh), Gua Sibrambang dan Gua Jambu (Tapi Selo). Tidak hanya sebatas survei, temuan tersebut yang di masa kemudiannya dikaji dan dianalisis dengan hasil pertanggalan 60.000-70.000 BC.

Lebih lanjut Kepurbakalaan DAS Batanghari, khususnya di wilayah Sumatera Barat sudah cukup lama mendapatkan perhatian dari para sejarawan dan arkeologi sejak diberitakan dalam berbagai laporan. Penelitian yang  intensif terhadap  kepurbakalaan DAS  Batanghari mulai dilakukan sejak berdirinya kantor Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala di Batusangkar dengan wilayah  kerja  meliputi  Sumatera  Barat  dan  Riau,  pada  tahun  1990.    Diawali  dengan penelitian dari Pusat Penelitian Arkeologi Nasional (PuslitArkenas) Jakarta bekerja sama dengan  Suaka  PSP  Sumbar    Riau,  pada  tahun  1990  dilakukan  penggalian  di  beberapa tempat, khususnya di daerah Sei Langsek. Sesudah penelitian pertama yang mendapatkan data adanya tinggalan bangunan candi di wilayah Sei Langsek, dilanjutkan penelitian terhadap situs-situs lain di sepanjang DAS Batanghari sampai saat sekarang.

Bagaimana Manfaat Tinggalan Arkeologi terbaru Bagi Penulisan Sejarah Minangkabau?

Agaknya manmangan adat “Sakali aia Gadang, Sakali tapian Barubah” sangat berlaku dalam perjalanan sejarah Minangkabau. Akan tetapi proses-proses perjalanan sejarah Minangkabau belum terdokumentasikan secara tulisan. Dokumentasi ini hanya dapat ditemui dalam tutur lisan atau yang kemudian dikenal dengan Tambo dan Kaba. Tentunya dalam ranah Ilmiah Keabsahan tambo untuk penelitian ilmiah belum pepenuhnya para hali sepakat sebagai sumber sejarah. Dikaji dan digali tutur yang terdapat dalam tambo ilmu sejarah belum mampu menjangkau hal tersebut. Dari sinilah Ilmu arkeloogi berperan penting untuk penulisan sejarah.

Temuan –temuan terbaru arkeologi di Sumatera Barat dapat memberikan kejelasan batasan waktu dan batasan tempat untuk penulisan sejarah. Batasan waktu dan batasan tempat sangat penting untuk penulisan sejarah. Temuan-temuan ini member peluang untuk mengali dan menuliskan kembali sejarah minangkabau. Pada akhirnya manfaat penemuan baru terhadap penulisan sejarah Minangkabau berguna untuk membantu merekontruksi Penulisan Sejarah Minangkabau dan Penguatan fakta sejarah yang selama ini ditulis.