Oleh Merry Kurnia

Penemuan batu bara oleh de Greve, mengubah wajah Sawahlunto dari daerah pertanian menuju kota industri pertambangan yang sibuk dan modern. Kolonial Belanda yang semula menjadikan pertanian sebagai sumber penghasil Gulden, mencoba menggali apa yang tersimpan di bawah tanah negeri Hindia Belanda. Tanah yang kaya akan hasil bumi dan menjanjikan keuntungan  berlimpah, membuat Kolonial Belanda mengalihkan fokusnya ke industri tambang. Batu bara yang melimpah di Sawahlunto, merangsang pemerintah Belanda membuat jalur transportasi (kereta api) dari Sawahlunto menuju Emmahaven (teluk bayur). Membangun rel kereta api bukanlah perkara mudah, diperlukan teknologi tinggi, biaya tinggi dan ilmu yang tinggi mengenai lingkungan alam, namun hal tersebut tidak menyurutkan tekad pemerintah Belanda untuk mengeluarkan batu bara dari Sawahlunto. Meskipun harus membuka jalan dalam hutan-hutan perawan, melintasi sungai, lembah, bukit, karena tanpa jalur ini batu bara yang ditemukan di Sawahlunto tidak berarti apa-apa.

Situasi di Emmahaven (Teluk Bayur) nampak Kapal dan Rel

Sumber : https://digitalcollections.universiteitleiden.nl/

Penelitian yang masif kemudian dilakukan, dengan pertimbangan yang matang maka diputuskan jalur kereta api dibangun dari Emmahaven (teluk bayur) menuju Sawahlunto, melewati Padang Pariaman, Kayu Taman, Padang Panjang, melintasi Danau Singkarak, Solok, Silungkang menuju Sawahunto. pembangunan jalan kereta api ini diputuskan oleh pemerintah  kolonial berdasarkan undang-undang 6 Juli 1887 (indische statblad n.163), dan keputusan lebih khusus untuk Sumatera Barat tertanggal 17 September 1887 no.1/c.

Kenapa pemerintah kolonial memilih jalur tersebut, bukankah jalur Solok dari Teluk Bayur, Soebangpas, relatif lebih dekat jika dibandingkan jalu yang dipilih? ternyata keputusan tersebut dirasa paling tepat berdasarkan penelitian yang telah dilakukan. berdasarkan penelitian didapatkan perbandingan ketinggian yang cukup jauh antara ketinggian puncak Soebangpas dengan Padang Panjang, berdasarkan kemampuan laju kereta maka jalur melintasi Padang Panjang adalah pilhan yang paling tepat. Bukan hanya  perihal kemampuan kereta api untuk menanjak,  perbandingan biaya juga menjadi faktor penting dimana butuh biaya yang lebih tinggi membangun jalur kereta api melintasi Soebangpas

Perbandingan Ketinggian Pembangunan Trace Antar Puncak Soebang Dan Lembah Anai

Sumber : Direpro dari Sejarah Kota Solok (Zaiyardam Zubir dkk) dari Michiel Van Ballegoijen de Jong, Stations en Spoorbruggen op Sumatera 1876-1941, Amsterdam: De Bataafsce Leeuw, 2001.

Hal itulah yang menyebabkan kereta api tidak lewat Soebangpas (Jalur Solok-Padang) meskipun lebih dekat.  Jalur yang dipilih melintasi Lembah Anai dan Singkarak ternyata juga memberikan destinasi surgawi bagi para elite kolonial Belanda pada masa itu untuk menikmati alam pegunungan dengan air terjun jernih yang bergemuruh, serta melintasi danau Singkarak yang hijau dan berkilau diterpa Matahari. Jalur ini  jalur telah ditetapkan UNESCO sebagai warisan dunia karena mempunyai nilai penting yang luar biasa, selain itu jalur ini juga menyimpan potensi yang luar biasa untuk dimanfaatkan dan dikembangkan, namun harus dengan konsep pelestarian agar warisan ini tetap terjaga hingga anak cucu kita.