Benteng Keraton Buton Kota Baubau Provinsi Sulawesi Tenggara
No. Inventarisasi : 459
SK. Penetapan Situs : KM.8/PW.007/MKP-03, tanggal 4 Maret 2003, Menteri Kebudayaan dan Pariwisata, I Gede Ardika
Alamat : Jl. Sultan Labuke
Kampung/Dusun : lingkungan Baluwu, Peropa, Dete
Desa/Kelurahan : Melai
Kecamatan : Wolio
Kabupaten/Kota : Baubau
Provinsi : Sulawesi Tenggara
Pulau : Buton
Periodisasi : Islam
Ketinggian : 65 mdpl
Deskripsi :Benteng Buton atau benteng Wolio memiliki tembok keliling 2740 m, empat buah boka-boka (bastion sudut), 12 buah baluara (bastion), 12 lawana (pintu gerbang), batu tundo (tembok keliling), parit, dan alat persenjataan. Di dalam benteng terdapat bangunan mesjid, istana, makam-makam sultan dan pejabat tinggi, perkampungan penduduk dengan rumah-rumah tradisional, dan lain-lain. Benteng ini berfungsi sebagai pertahanan yang berupa tembok keliling guna melindungi istana (kamali) dan lingkungannya. Benteng Wolio dibuat dari batu gunung dan karang yang direkatkan dengan putih telur. Tinggi dan tebal temboknya tidak sama, mengikuti kontur tanah atau lereng bukit. Pada bagian-bagian bukit yang terjal tinggi tembok mencapai 4 m, sedangkan ketebalan sampai 2 m. Pada bagian dalam sisi timur dan selatan terdapat turap-turap sebagai penahan/penguat.
Latar Sejarah : Nama benteng Wolio berasal dari kata Welia yang berarti membabat, karena konon kabarnya sebelum pembangunan benteng lebih dahulu dilakukan pembabatan/pembersihan pohon-pohon. Benteng Wolio didirikan pada masa pemerintahan Sultan Buton III Makengkuna (1591-1596). Sultan ini membangun boka-boka. Pekerjaan ini dilanjutkan oleh Sultan Buton IV Dayanu Ikhsanuddin (1596-1632). Beliau membangun baluara dengan formasi mengelilingi lokasi pemukiman termasuk keraton. Setiap bastion dilengkapi meriam-meriam buatan Eropa. Sebelum pembangunan benteng selesai, sultan meninggal dunia. Penggantinya Sultan Abdul Wahab masih dibawah umur. Pembangunan benteng dilanjutkan oleh Gafur Wadudu (Sultan VI: 1635-1645) hingga selesai.
(MAP)