Stasiun Tuntang

Jaringan stasiun Tuntang menghubungkan antara Ambarawa-Tuntang-Bringin-Kedungjati. Meskipun terbilang stasiun kecil, namun stasiun Tuntang berperan penting dalam bidang pengangkutan produk perkebunan. Pengiriman beberapa hasil perkebunan seperti, karet; gula dan coklat , kopi dibawa menuju Ambarawa lewat stasiun Tuntang.

Stasiun Tuntang mulai beroperasi pada 21 Mei 1873, bersamaan dengan dibukanya jalur Kedungjati – Ambarawa. Namun, bangunan yang kita lihat sekarang berasal dari 1905 ketika Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij melakukan pembangunan stasiun-stasun baru. Arsitektur Stasiun Tuntang mirip sekali dengan arsitektur Stasiun Bringin yang juga berada di jalur Kedungjati – Ambarawa. Keduanya memunyai gaya arsitektur yang dijuluki “Chalet NIS” yang diperkenalkan NIS pada rancangan stasiun baru yang dibangun pada awal abad 20.

Kota Salatiga yang pada 1917 ditetapkan sebagai staadsgemeente yang banyak dihuni orang-orang Belanda. Karena Salatiga sendiri tak dilalui jalur kereta api maka Stasiun Tuntang dulu adalah stasiun yang melayani kota itu. Untuk menghubungkan Kota Salatiga dengan Stasiun Tuntang NIS mengoperasikan layanan bus yang pada 1921 diambil alih perusahaan swasta ESTO (Eerste Salatigasche Transport Onderneming) yang didirikan Kwa Tjwan Ing.