You are currently viewing Gapura Loram Sebagai Wujud Toleransi Antar Umat Beragama

Gapura Loram Sebagai Wujud Toleransi Antar Umat Beragama

Masjid Wali Loram atau Masjid At-Taqwa yang berada di Dusun Kauman, Desan Loram Kulon, Kecamatan Jati, Kabupaten Kudus memiliki Gapura yang di sebut dengan Gapura Loram. Masjid ini merupakan masjid tua yang sudah mengalami renovasi. Hingga saat ini, Masjid Wali Loram masih dipergunakan sebagai tempat ibadah seperti pada fungsi awalnya. Masjid ini bersatu padu dengan Gapura Loram yang berbentuk padukarsa. Masjid ini didirikan oleh seorang Muslim keturunan Tiongkok bernama Tji Wie Gwan (Sungging Badar Duwung), ayah angkat Sultan Hadirin. Dia diperintahkan langsung oleh Sunan Kudus untuk membangun masjid itu. Tujuannya untuk menyebarkan agama Islam kepada masyarakat sekitar. Jika di lihat dari sisi depan, gerbang Masjid Wali Loram tersusun dari ratusan batu bata merah setinggi lebih kurang empat meter. Gerbang itu sangat mirip dengan gerbang Masjid Menara Kudus.

Gapura Loram telah mengalami banyak perubahan ketika di renovasi pada tahun 1996. Gapura ini pada bagian pintunya terbuat dari kayu jati dan pada bagian gapura terbuat dari bata yang jumlahnya ratusan. Gapura loram memiliki nilai sejarah yang penting bagi sejarah perkembangan islam di pulau jawa. Toleransi antar umat beragama terasa kental pada arsitektur gapura tersebut. Bangunan garupa terbuat dari bata, menyerupai bangunan suci agama sebelumnya, yakni Hindhu dan Budha.

Sungging Badar Duwung dan ayahnya, Sultan Hadirin membangun Gapura Loram sebagai strategi untuk menarik simpati masyarakat sekitar dalam misi persebaran islam yang dilakukan atas perintah Sunan Kudus tersebut. Cara ini dilakukan atas dasar masyarakat desa loram yang masih kental memeluk agama Hindhu dan Budha. Selain itu, gapura Loram juga digunakan sebagai wujud penghormatan bagi masyarakat sekitar yang ketika itu masih memeluk agama Hindhu dan Budha.

Selain arsitektur bangunan yang menarik, Gapura Loram mempunyai sisi nilai sosial yang cukup menarik pula. Tradisi ‘Ngubengi Gapura’ adalah prosesi mengelilingi gapura yang dilakukan oleh sepangan pengantin. Suami menuntun Istri untuk mengelilingi gapura masuk melalui selatan dan keluar melalui pintu bagian utara. Hingga saat ini tradisi tersebut masih di lakukan di gapura Loram. (Disarikan dari berbagai sumber oleh Anwar Hidayat)