Pawai Kebudayaan Curi Perhatian Warga Jakarta

0
810

Jakarta – Kemeriahan Pekan Kebudayaan Nasional masih terus berlanjut. Serangkaian acara seni budaya yang dimulai sejak Senin (7/10) ditutup dengan kemegahan Pawai Kebudayaan yang berhasil mencuri perhatian warga Jakarta yang melintas di sekitar jalur protokol Jakarta Pusat, Minggu (13/10) malam.

Sebanyak 4.324 peserta pawai berjalan mulai dari Pintu 5 Istora melewati Hotel Atlet Century Park, menuju Jalan Asia Afrika, lalu belok kiri menuju jalan Jenderal Sudirman dan berakhir di kantor Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Menurut Kasubdit Seni Pertunjukan yang juga menjabat sebagai Kepala Bidang Pawai, Edi Irawan, pawai menjadi ruang ekspresi bagi semua orang, khususnya peserta pawai yang berasal dari berbagai daerah dan komunitas dari seluruh Indonesia.

“Sebanyak 4.324 orang terlibat dalam Pawai Kebudayaan. Angka itu didapat dari 26 propinsi, 2 kabupaten/kota, dan 10 komunitas yang hadir dari seluruh Indonesia. Mereka menggunakan berbagai macam kostum yang mewakili daerahnya masing-masing, sehingga menambah kemeriahan pawai. Pawai Kebudayaan menggambarkan ragam kebudayaan Indonesia dan ruang ekspresi yang sesungguhnya,” jelasnya.

Barisan pawai sepanjang dua kilo meter itupun tak luput dari perhatian warga Jakarta. Tampak beberapa pengendara menurunkan kecepatan kendaraannya untuk mengabadikan momen langka ini menggunakan gawai, beberapa di antaranya bahkan sengaja memarkir mobilnya untuk mengajak keluarga melihat lebih dekat rombongan pawai yang melintas.

“Saya memang sengaja ajak anak istri saya ke sini untuk melihat Pawai Kebudayaan. Kemarin kita datang ke Istora sudah lihat pameran-pameran dan permainan tradisionalnya, sekarang kita mau lihat pawai kayak apa. Jarang kan ada pawai kebudayaan di Jakarta, apalagi lewat jalur protokol begini,” jelas Andri, warga Tangerang.

Senada dengan Andri, Anggi yang datang bersama dengan keluarganya pun mengatakan hal yang sama. “Saya sudah dari sore di sini, sebelumnya nonton Project Pop dulu di Istora, lalu nungguin pawainya lewat di Plaza Senayan. Meriah banget, keren!” katanya.

Tema “Parade Digdaya Nusantara” mengandung makna yang mendalam. Parade berarti pawai atau iring-iringan, sementara Digdaya Nusantara memiliki arti kebudayaan Indonesia yang kaya akan keragaman dan tak terkalahkan. Semua keragaman itu diaplikasikan dalam berbagai kostum yang dipakai oleh para penampil. Mulai dari Aceh sampai Papua, semua menunjukan kebolehannya, menari dan bermain musik tradisional khas daerah masing-masing. Miniatur Indonesia tergambar jelas dalam barisan pawai kebudayaan.

Pawai Kebudayaan juga diselenggarakan pada malam hari. Bukan tanpa alasan, Edi menyebut hal tersebut dilakukan karena Indonesia kerap melakukan ritual pada malam hari. “Ini adalah sesuatu yang baru. Biasanya pawai dilakukan pada pagi atau siang hari, kami melakukannya pada malam hari. Kami ingin menampilkan Indonesia dan kedigdayaan Nusantara, tapi di waktu malam hari. Dasarnya adalah karena hampir seluruh suku bangsa di Indonesia memiliki tradisi atau ritual di malam hari,” jelas Edi.

Selain itu, lanjutnya, kami ingin merangkai keberagaman itu dalam bingkai yang sama tetapi dalam konteks kekinian. “Kami pakai banyak lampu LED, bukan hanya sebagai penunjang penerangan saja, tetapi juga kolaborasi seni dengan sesuatu yang kekinian. Kami ingin menampilkan superioritas kita dalam bidang kebudayaan, dengan LED itu semua akan maksimal dan terlihat sempurna,” katanya.

Tak hanya perwakilan propinsi dan kabupaten/kota, berbagai komunitas dan organisasi juga ambil bagian dalam barisan pawai. “Ada sekitar 10 komunitas dari seluruh Indonesia yang bergabung dalam pawai. Barongan dari Kabupaten Tulung Agung ada sekitar 305 orang, marching band Polwan/Polri, 70 orang PDBI (Persatuan Drum Band Seluruh Indonesia), Komunitas Perempuan Berkebaya, Hobi Kayu, dan lainnya. Ada juga peserta  GSMS (Gerakan Seniman Masuk Sekolah). Mereka berlatih di daerah masing-masing, dikirimi contoh-contoh gerakan oleh Denny Malik dan berlatih di Jakarta selama 2 hari,” papar Edi.

Parade Digdaya Nusantara dibagi menjadi 2 bagian; Pagelaran Tari Indonesia Permai dan Pawai. Pagelaran Tari Indonesia Permai digelar di Panggung Nusantara di Istora Senayan, sesaat sebelum pawai berlangsung. Menampilkan tari-tarian, mulai dari Tari Jegog, Daul Madura dan Grasak dari Magelang. Terdapat setidaknya 5 jenis tampilan gelaran. Semua tarian yang ditampilkan mewakili suku Melayu, Sulawesi, Papua, Jawa, dan Sumatera. Ada juga tari Nyawiji sebagai perwakilan ritual bangsa Indonesia. Keindahan pagelaran dan persembahan tari-tarian tersebut dikemas apik oleh para Creative Director Uni Hartati, Heri Prasetyo, dan Denny Malik, dan iringan musik megah Tohpati.

Usai Pagelaran Tari Indonesia Permai digelar, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Muhadjir Effendy melepas peserta pawai dari pintu utama dan keluar dari pintu 5 Istora Senayan. Pawai berakhir di kantor Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan disambut dengan penampilan apik dari Andra and The Backbone.

Apakah kemeriahan Pawai Kebudayaan akan hadir kembali di tahun depan?