Bogor (23/5) Abdurrahman wahid (Bapak Plurarisme Indonesia) yang akrab dipanggil Gus dur, merupakan presiden Indonesia dengan latar belakang pesantren, sangat demokratis dan pluraris. Beliau presiden yang menjaga keragaman di Indonesia dengan mengutamakan dialog. Dialog merupakan cara menyelesaikan konflik di Indonesia. Cara yang ditempuh ini mendapat respon positif dari masyarakat Aceh dan Papua. Sehingga berpengaruh luas di dunia internasional.
Langkah pendekatan dengan berdialog Gus Dur, mendapat respon masyarakat Aceh dengan memberikan harapan baru bagi perjuangan rakyat Aceh untuk menentukan nasib sendiri akan tetapi bagi Gus Dur tentu ingin menjaga keutuhan NKRI. Pendekatan ini juga diterapkan di Irian karena dengan berdialog dengan masyarakat Irian, maka Gus Dur menetapkan nama Papua menjadi nama provinsi pengganti Irian Jaya.
Keberhasilan metode dialog dari Gus Dur ini membuat masalah Aceh, Poso, dan Irian selesai dan masyarakatnya kembali beraktifitas seperti sedia kala. Gus Dur telah meninggalkan warisan yang sangat berjasa bagi Indonesia yaitu Dialog untuk menyelesaikan masalah sehingga pemerintah mengetahui permasalahan yang terjadi di lokasi konflik.
Museum Kepresidenan RI Balai Kirti sebagai tempat penyimpanan kenangan kemasyuran para Presiden RI yang sudah selesai masa baktinya sehingga dapat menginspirasi generasi muda dalam membangun negeri. Gus Dur telah menjadi inspirasi bagi generasi muda dalam menjaga keutuhan bangsa Indonesia. Koleksi dari Presiden Abdurrahman Wahid tersimpan di Galeri Kepresidenan lantai 2, terletak setelah custer BJ. Habibie. Alur yang sangat baik membuat pengunjung seakan dibawah mengikuti sejarah kepresidenan di Indonesia. Koleksi yang sajikan kali ini adalah Bintang Mahaputera Adipurna yang di peroleh Gus Dur. Bintang Mahaputera Adipurna ini terbuat dari logam berbentuk bintang segi 10. Pada bagian tengahnya berbentuk lingkaran berwarna merah dan terdapat tulisan Mahaputera dengan warna tulisan kuning emas.
