BJ. Habibie Memilih Jalan Manandhita

BJ. Habibie

Bogor (26/6) Sepanjang pemerintahan yang dilalui oleh BJ. Habibie, ia mampu mempertahankan Indonesia sebagai negara demokrasi ketiga terbesar didunia. Bagi Habibie, demokrasi adalah proses dan demokratisasi Indonesia membutuhkan waktu berdekade-dekade: dibutuhkan kesabaran yang revolusioner untuk terus berikhtiar. Di sini dapat kita lihat bahwa proses BJ. Habibie menjadi manandhita, dimana Habibie melepas segala keinginan berpolitik praktis. Namun bukan berarti Habibie hanya berada di rumah tanpa memikirkan persoalan bangsa.

Habibie sering diundang menghadiri seminar di belahan dunia, memberikan nasehat dan pandangan bagi berbagai kalangan di Tanah Air. Keprihatinannya terhadap persoalan bangsa sering dilontarkannya pada berbagai ceramah dan pidato. Selain itu Habibie menjadi anggota Inter Action Council, perhimpunan bergensi mantan pemimpin negara yang memiliki kmampuan dalam menyikapi persoalan bangsa di dunia, antara lain, Malcom Fraser (Australia), Helmut Schmidt (Jerman), Bill Clinton, Jimmy Carter (Amerika Serikat). Mereka secara periodik melakukan pertemuan untuk membicarakan persoalan bangsa dan solusi yang menguntungkan bagi masyarakat dunia.

Di Indonesia, Habibie mendirikan Habibie Center yang terinspirasi oleh Carter Center yang didirikan oleh Jimmy Carter. Habibie Center ini merupakan salah satu Manandhita Habibie daam menyikapi persoalan bangsa. Bagi Habibie melalui Habibie Center ini menginginkan demokrasi berjalan, HAM ditegakan, dan Iptek diterapkan bagi generasi muda.

Habibie telah membuat transformasi besar dalam hidupnya. Pertama, dari seorang ilmuwan menjadi Teknokrat. Kedua, dari Teknokrat menjadi Negarawan. Obsesinya adalah menjadikan putra-putri Indonesia lebih baik lagi, menguasai Iptek yang setara dengan negara maju. Untuk itu tidak ada kata lelah apalagi menyerah. Sumber : Buku Presiden Republik Indonesia 1945-2014 (Doni Fitra)