Museum Nasional Kehilangan Empat Koleksinya

0
2088

Museum Nasional Kehilangan empat koleksinya pada hari rabu tanggal 19 September 2013 pukul 9.10 WIB.  Keempat koleksi yang hilang itu merupakan Peripih Jalatunda & Belahan.

Peripih

Peripih adalah benda-benda di dalam suatu wadah bertutup berbentuk persegi yang memiliki 9 sampai 25 lubang kotak-kotak yang disebut garbhapatra, dan dipendam di dasar (sumuran) candi. Selain itu, peripih juga disimpan pada ruangan kecil di bawah atap (sungkup) candi. Fungsinya adalah menghidupkan candi agar dapat digunakan sebagai tempat ibadah melalui suatu upacara peletakan peripih yang dinamakan garbhadana.

Benda-benda peripih diantaranya adalah biji-bijian; manik-manik /batu-batu semi mulia; lempengan emas tipis (biasanya bertulisan mantra-mantra atau nama-nama dewa, dan mempunyai bentuk bermacam-macam seperti dewa, pendeta, naga, kura-kura, cakra, kerang bersayap (sangkha), wajra, pengusir lalat (camara), bunga teratai, lembu, kuda, atau gajah); miniatur lingga-yoni; mata uang logam; cincin; cermin perunggu; dan tulang binatang. Benda-benda tersebut merupakan simbol-simbol kedewaan, sebagai media bagi dewa untuk merasukkan zat inti kedewaannya dan perlambang dari panca maha bhuta (lima unsur alam), yaitu udara, tanah, air, api, dan angin. Peripih memegang peran penting dalam percandian, dapat dikatakan candi tanpa peripih ibarat raga tanpa jiwa.

Patirthan Belahan

Belahan adalah nama sebuah patirthan atau pemandian suci yang terletak di dekat Jalatunda, sisi timur gunung Penanggungan, Jawa Timur dan patirthan ini berasal dari awal periode Jawa Timur. Patirthan ini kemungkinan dibangun pada tahun 1009 untuk memperingati salah seorang raja besar di Jawa Timur, yaitu Dharmawangsa Teguh berdasarkan Prasasti berbentuk Kronogram yang ditemukan di Partirthan Belahan.

Patirthan Belahan tidak sebesar patirthan Jalatunda. Terbuat dari susunan batu bata yang saat ini kondisinya sudah tidak utuh. Terdapat dua arca dewi besar yang terbuat dari batu andesit di patirthan Belahan saat ini. Salah satu arcanya mengeluarkan air dari dadanya.  Diantara kedua arca dewi tersebut terdapat relung kosong yang dahulunya terdapat sebuah arca lainnya yang berukuran lebih kecil. Patirthan Belahan saat ini secara administratif termasuk ke wilayah Desa Wonosonyo, Kecamatan Gempol, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur. Arah hadapnya tenggara.

Tiga benda isian peripih (wadah bertutup terbuat dari emas, lempengan naga mendekam berinskripsi terbuat dari emas, dan lempeng bulan sabit berinskripsi terbuat dari emas) berdasarkan catatan peninggalan Belanda ditemukan di dalam urn (wadah peripih) bernomor inventaris 374 yang terbuat dari batu. Wadah peripih batu atau urn tersebut ditemukan di reruntuhan pemandian Jalatunda, Jawa Timur. Sedangkan satu lempeng Harihara berlapis emas berdasarkan catatan peninggalan Belanda hanya tertulis ditemukan di Belahan, Jawa Timur.

Keempat isian peripih tersebut (wadah bertutup emas, lempeng naga mendekam berinskripsi dari emas, lempeng bulan sabit dari emas dan lempeng Harihara lapis emas) sudah dipajang sejak adanya Ruang Khasanah Arkeologi Gedung A lantai 2. Lempeng naga mendekam berinskripsi (No. Inv. 783 B) dipajang di lemari 1 A. Lempeng bulan sabit berinskripsi (Tanpa Nomor karena nomornya hilang atau aus) dipajang di lemari 1 A. Wadah bertutup (No. Inv. 783 (a)/ A 130/ 3031) dipajang di lemari 4 A. Lempeng Harihara (No. Inv. 6086/ A 76) dipajang di lemari 2 A.

Akan tetapi sejak Renovasi tahun 2010, keempat koleksi tersebut disimpan dalam satu lemari pajang yang sama, yaitu lemari 1 A.

Koleksi mulai ketahuan tidak di tempatnya semula pada tanggal 11 September 2013 hari Rabu pagi jam 09.00 WIB.

Koleksi yang disimpan di lemari pajang 1 A Ruang Khasanah Arkeologi Gedung A lantai 2 adalah benda-benda isian peripih sebanyak empat (4) koleksi.

Berikut keterangan lebih lanjut tentang koleksi yang hilang di Museum Nasional :

  1. Lempeng Naga Mendekam Berinskipsi

lempeng naga

Bahan: Emas

Abad ke-10 Masehi

Ukuran: Panjang 5,6 cm; lebar 5 cm

Tempat temuan: Patirthan Jalatunda, Mojokerto, Jawa Timur

Museum Nasional Indonesia, No. Inv. 783 B

Berbentuk naga dalam posisi melingkar/mendekam, pada kepalanya terdapat seperti mahkota. Terbuat dari lempengan emas tipis yang dipukul-pukul dan kemudian dipotong menggunakan benda tajam hingga membentuk naga. Pada bagian tubuh naga terdapat inskripsi yang sudah tidak jelas (aus). Mulut naga digambarkan terbuka, gigi taring dan lidahnya jelas terlihat.

2. Lempeng bulan sabit beraksara

 lempeng bulan sabit

Bahan: Emas

Abad ke-10 Masehi

Ukuran: Panjang 8 cm; lebar 5,5 cm

Tempat temuan: Patirthan Jalatunda, Mojokerto, Jawa Timur

Museum Nasional Indonesia, No. Inv. Tanpa Nomor karena nomor hilang (aus). Kemungkinan bernomor 783 (d)

Berbentuk seperti bulan sabit. Akan tetapi di kedua ujungnya terdapat deretan empat buah segitiga runcing yang sangat kecil. Deretan segitiga tersebut terlihat seperti cakar. Terbuat dari lempengan emas tipis yang dipukul-pukul dan kemudian dipotong menggunakan benda tajam hingga membentuk naga. Pada bagian yang lebar terdapat inskripsi yang sudah tidak jelas (aus).

3. Wadah bertutup (Cepuk)

 wadah bertutup

Bahan: Emas

Akhir ke-10-pertengahan abad ke-11 Masehi

Ukuran: Diameter 6.5 cm; Tinggi 6.5 cm (dengan tutup)Tempat temuan: Patirthan Jalatunda, Mojokerto, Jawa Timur

Museum Nasional Indonesia, No. Inv. 783 a/ 3031/ A.130

Bentuknya seperti dandang bertutup tanpa pegangan berukuran sangat kecil, permukaaannya tidak rata. Bagian dasarnya sedikit cembung, badan tegak dan tinggi, bibir wadah tajam dan mengarah ke atas. Tutupnya berbentuk bundar. Terdapat pegangan tutup yang berbentuk bulatan seperti stupa dan berongga. Sebuah goresan melingkari pegangan tutup. Terbuat dari lembaran emas tipis. Dibuat dengan menggunakan teknik pukul, pembengkokan (bent gold sheet), dan patri (soldering). Pada sisi luar badan wadah bagian atas, terdapat deretan motif bundar yang sudah sangat tipis goresannya.

4. Lempeng Harihara

lempeng harihara

Bahan: Perak dan emas

Abad ke-10 Masehi

Ukuran: Panjang 10,5 cm; lebar 5,5 cm

Tempat temuan: Belahan, Penanggungan, Jawa Timur

Museum Nasional Indonesia, No. Inv. 6086/ A.76

Ditempa dari belakang. Lembaran terdiri dari setengah emas dan setengah perak yang melukiskan arca Harihara yang berdiri di atas bantalan teratai ganda. Rambut ditata meruncing keatas diikat dengan hiasan rambut berbentuk bunga mekar. Bertangan dua, semuanya di depan perut. Tangan kanan di atas tangan kiri. Sinar kedewaan (sirascakra) berada di belakang kepala berbentuk oval berhiaskan motif lidah api dan titik-titik. Perhiasan yang dikenakan berupa anting-anting besar bulat, gelang lengan (kelat bahu) berbentuk bunga mekar. Kainnya pendek hanya sampai di atas lutut. Sampurnya (semacam selendang) diikatkan di sisi kanan dan kiri, dan masing-masing ujungnya melebar keluar.

Berdasarkan ukurannya,

Diduga lempeng Harihara ini merupakan Isian Peripih dari Patirthan Belahan karena  ditemukan di Desa Belahan.

KETERANGAN 4 KOLEKSI ISI PERIPIH MUSEUM NASIONAL

No. No. Inv. Nama Benda Tempat Temuan Ukuran Abad Foto
1. 783 B Lempeng naga mendekam berinskipsi Jalatunda, Jawa Timur Panjang 5,6 cm; lebar 5 cm 10 M (Kerajaan Mataram Kuna)  lempeng naga
2. Tanpa Nomor karena nomornya hilang (aus). Kemungkinan nomor 783 (d) Lempeng bulan sabit beraksara Jalatunda, Jawa Timur Panjang 8 cm; lebar 5,5 cm 10 M (Kerajaan Mataram Kuna)  lempeng bulan sabit
3. 783 (a)/ A 130/ 3031 Wadah bertutup Jalatunda, Jawa Timur Diameter 6,5 cm; Tinggi dengan tutup 6,5 cm 10 M (Kerajaan Mataram Kuna)  wadah bertutup
4. 6086/ A 76 Lempeng Harihara Belahan, Jawa Timur Panjang 10,5 cm; lebar 3,5 cm ± 10- 11 M  lempeng harihara