Museum Keris Surakarta, Wujud Implementasi Tugas Pembantuan Bidang Kebudayaan

0
802

Jakarta – Sidang Komisi I dalam rangkaian Rapat Koordinasi Pusat dan Daerah Direktorat Jenderal Kebudayaan telah usai diselenggarakan di Krakatau Ballroom 1, Mercure Convention Center, Ancol, Jakarta, Kamis (16/4/2015). Sidang yang dipimpin oleh Kasubdit Program dan Evaluasi Direktorat PCBM Kemdikbud, Judi Wahjudin tersebut membahas tentang Tugas Pembantuan Bidang Kebudayaan.

Eni Tiyasni Susana, Kepala Dinas Budaya dan Pariwisata Surakarta, selaku pembicara memaparkan program pembantuan yang tengah diimplementasikan di wilayah Jawa Tengah. “Melalui mandat dari Direktur PCBM, kami sedang dalam proses mendirikan Museum Keris Surakarta yang saat ini sudah memasuki tahap tiga atau tahap akhir,” papar Eni membuka diskusi.

Menurut Eni, Museum Keris ini berawal dari pemberian sertifikat kepada Indonesia oleh UNESCO pada tahun 2005, di mana saat itu menetapkan keris sebagai karya agung warisan dunia. “Melihat hal itu, kami merasa bertanggung jawab untuk memelihara dan mengembangkannya demi kepentingan budaya Indonesia. Selain itu, sejak dulu Kota Surakarta dikenal sebagai pusat kebudayaan Jawa, terutama keris. Untuk itu, kami merasa perlu untuk mengumpulkan semuanya dalam sebuah museum,” papar Eni.

Niat baik pemerintah setempat tersebut rupanya disambut baik oleh masyarakat Kota Surakarta. Banyak masyarakat dan komunitas pecinta Keris di sana bahkan secara sukarela menghibahkan keris koleksinya untuk diserahkan kepada Museum Keris.

“Kami merasa mendapat apresiasi dan mendapat dukungan, serta kerja sama yang baik dari masyarakat setempat atas apa yang kami lakukan. Mereka percaya, jika Keris koleksinya diserahkan kepada kami, kami akan menyimpan, menjaga dan memeliharanya dengan baik, serta dapat mengedukasi seluruh masyarakat Indonesia yang datang ke museum. Bahkan siapa tahu, Museum Keris dapat menjadi lokasi pariwisata baru di kawasan Jawa Tengah,” ungkap Eni.

Dukungan pendirian Museum Keris terus mendapat dukungan dari berbagai pihak, termasuk dewan kurator. “Dewan kurator juga sangat membantu kami. Mulai dari mengusulkan perencanaan, identifikasi keris yang dihibahkan oleh masyarakat, perencanaan interior, story line, hingga hal-hal lainnya yang berkaitan dengan berdirinya museum ini,” jelasnya.

Kendati demikian, pembangunan Museum Keris ini tidak selalu menemui jalan yang mulus. Ada beberapa hal yang menghambat jalannya pendirian museum.

“Dipa terlambat, awal pelaksanaan pembangunan bersamaan dengan bulan puasa dan lebaran, kurangnya modal kontrator pelaksana, kurangnya jumlah tenaga kerja, hingga padatnya jadwal PPKom, PTK dan PPHP sempat menjadi penghambat pembangunan museum,” paparnya.

Semoga, Eni menambahkan, koleksi-koleksi ini dapat mengedukasi masyarakat. “Kami juga akan bekerja sama dengan museum-museum lainnya, agar koleksi kami tidak monoton. Kami akan sangat berterimakasih apabila ada masyarakat yang akan menghibahkan kerisnya untuk dipajang di museum Surakarta,” tutup Eni.