“Museum Harus Bergerak Maju dan Membuka Diri”

0
1855

Palangka Raya, Kalteng – Dua belas Oktober 1962, sebuah pertemuan digelar di Yogyakarta untuk menghasilkan 10 resolusi penting bagi dunia permuseuman. Ini menjadi tonggak sejarah berkembangnya museum di Indonesia. Pasalnya, 10 resolusi tersebut merupakan landasan kerja pemerintah untuk melakukan pembinaan dan pengembangan museum yang saat itu masih kurang mendapatkan perhatian, termasuk minat publik.

Musyarawah Museum se-Indonesia (MMI) dihadiri oleh sejumlah tokoh penting, mulai dari pendiri dan pemerhati museum hingga para pecinta museum itu sendiri. Setidaknya, ada paradigma baru yang ingin dibangun kemajuan museum di Indonesia. Bahkan, satu dari sepuluh resolusi yang telah disepakati, berisikan menjadikan museum sebagai alat penggalang persahabatan bangsa-bangsa serta membantu perkembangan kebudayaan dunia. Ini menjadi gebrakan baru bahwa museum Indonesia dapat berkancah di dunia Internasonal.

Penetapan Hari Museum Indonesia yang jatuh pada 12 Oktober dideklarasikan pada tahun 2015 di Malang, Jawa Timur. Sebanyak 250 pengelola museum menggelar Pertemuan Nasional Museum se-Indonesia untuk menetapkan hari penting tersebut, yang dulunya disepakati dengan nama Hari Nasional Museum Indonesia. Setidaknya, tiga tahun sudah Indonesia turut memperingati hari musem.

Kini usai tiga tahun peringatan hari museum disepakati dan adanya 10 resolusi penting tak memungkiri adanya perkembangan museum di Tanah Air. Pengelola museum pun berbenah diri, berlomba-lomba menyuguhkan program edukatif yang dapat dirasakan masyarakat luas. Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman mencatat Indonesia kini memiliki 435 museum, baik yang dikelola oleh pemerintah, perorangan atau masyarakat. Jumlah ini kemungkinan akan terus bertambah seiring dengan proses pembangunan beberapa museum baru.

 

Menyasar Kaum Millenial

Tahun ini, peringatan Hari Museum Indonesia digelar di Museum Balanga, Palangka Raya. Perayaan ini merupakan bentuk eksistensi museum di tengah masyarakat.

Di sisi lain, perubahan pola komunikasi, khususnya dikarenakan berkembangnya teknologi, membuat sejumlah pihak memperhitungkan eksistensi generasi millenial, termasuk pengelola museum. Oleh karena itulah, tahun ini Hari Museum Indonesia mengusung tema “Museum Kebanggaan Millenial”, dengan harapan museum yang dulu dianggap kuno kini dapat  dilirik generasi muda sebagai tempat belajar.

Direktur Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman Fitra Arda menyebutkan, pengembangan komunikasi menjadi salah satu bagian penting untuk mengembangkan keberadaan museum, sehingga museum tak lagi dipandang sebagai tempat menyimpan benda-benda atau koleksi kuno semata.

“Museum harus bergerak maju dan membuka diri, karena museum ialah sebagai ruang publik sekaligus lembaga yang melindungi, mengembangkan pemanfaatan koleksi dan mengkomunikasikannya ke masyarakat. Ini penting untuk diperhatikan bagi pengelola museum ke depan,” ujarnya saat acara pembukaan Peringatan Hari Museum Indonesia di Museum Balanga, Palangka Raya, Kalimantan Tengah (12/10/18).

Berdasarkan data Survei Sosial-Ekonomi Nasional tahun 2015, hanya sebanyak 6,43% masyarakat Indonesia yang mengunjungi peninggalan sejarah dan warisan budaya. Jika ditinjau dari aspek usia, mereka yang mengunjungi museum di bawah usia 17 tahun hanya 8,57%, sedangkan 5,07% di usia dewasa.

“Dari data tersebut diketahui bahwa museum belum diminati sebagai lembaga tempat menimba ilmu dan rekreasi. Tentu ini tantangan bagi kita pengelola museum sekaligus intropeksi kenapa hal ini terjadi,” lanjutnya.

Sementara itu, Direktur Jenderal Kebudayaan Hilmar Farid mengatakan tantangan saat ini ialah bagaimana membuat museum menarik bagi anak-anak.

“Sehingga ada keinginan dari mereka tanpa disuru untuk berkunjung ke museum,” tambah Dirjenbud dalam video conference.

Suguhan Kolaborasi Museum

Peringatan Hari Museum Indonesia Tahun 2018 akan diwarnai dengan i menyajikan beberapa koleksi gabungan dari beberapa museum di Indonesia, antara lain Museum Nasional, Museum Perumusan Naskah Proklamasi, Museum Balanga Kalimantan Tengah, Museum Tekstil, Museum Wayang, Museum Ruwa Jurai, Museum Siwa Lima, Museum Bank Indonesia, Museum Nasional Sejarah Alam, Balai Pelestarian Situs Manusia Purba Sangiran, dan Balai Pelestarian Cagar Budaya Samarinda . Kegiatan ini juga dimeriahkan dengan beberapa acara pendukung seperti seminar, workshop, belajar bersama di museum, dan beberapa permainan tradisional. Dengan target pengunjung dari generasi millenial, termasuk di dalamnya peserta didik dari sekolah di Palangka Raya.

Puncak peringatan hari bersejarah tersebut diselenggarakan sejak tanggal 12 Oktober hingga 18 Oktober mendatang..