You are currently viewing Prasasti Amoghapāśa
Amoghapasa 04, koleksi Museum Nasional

Prasasti Amoghapāśa

  • Post author:
  • Post category:Cagar Budaya

Prasasti Amoghapāśa
Batu
Rambahan, nagari Lubuak Bulang, kecamatan Pulaupunjung (arca) dan Padangroco, Jorong
Sungai Langsat, nagari Siguntur, kecamatan Sitiung (alas arca) kabupaten Dharmasraya,
Sumatra Barat
Aksara Jawa Kuno, Sumatra Kuno
Bahasa Jawa Kuno, Sanskerta
Tahun 1208 Śaka (= 1286 Masehi) dan 1269 Śaka (= 1347 Masehi).
Tg. 200 cm; Lb. 146 cm; Tb. 84 cm
No. Inv. D. 198/6469

Prasasti dan sekaligus arca Amoghapāśa ini merupakan artefak yang sangat istimewa karena
merupakan bukti adanya hubungan baik antara kerajaan Singhasari dan kerajaan Melayu
Kuno di masa silam. Prasasti Amoghapāśa dipahatkan di beberapa bagian dari sebuah arca
Amoghapāśa Lokeśwara, yaitu di bagian alas persegi empat yang terpisah dari arca; di bagian
belakang sandaran arca, dan di alas arca yang berbentuk setengah lingkaran. Arca
Amoghapāśa Lokeśwara ini merupakan hadiah yang diberikan oleh Kĕrtanagara, raja
Singhasari kepada Śrimat Tribhūwanarāja Mauliwarmadewa, raja Malayu di Dharmāśraya
pada tahun 1208 Śaka (= 1286 Masehi).

Prasasti yang dipahatkan di bagian alas berbentuk persegi empat yang terpisah dari arca
dinamakan prasasti Amoghapāśa A atau prasasti Dharmāśraya. Aksara yang digunakan
adalah Jawa Kuno, bahasanya juga Jawa Kuno, kecuali di baris terakhir yang menggunakan
bahasa Sanskerta. Isinya menyebutkan bahwa pada tanggal 1 śuklapakṣa (paro-terang) bulan Bhadrawada tahun 1208 Śaka (= 22 Agustus 1286) sebuah arca Amoghapāśa Lokeśwara dibawa dari Bhūmi Jāwa (pulau Jawa) ke Swarnabhūmi (pulau Sumatra) untuk ditempatkan di Dharmāśraya atas perintah Mahārājadhirāja Śrī Kĕrtanagara. Pemberian ini membuat rakyat di tanah Malāyu bergirang hati, terutama rajanya bernama Śrimat Tribhūwanarāja Mauliwarmadewa. Penempatan arca itu diiringi oleh empat orang pejabat kerajaan dari Jawa, ialah Rakryān Mahāmantri Dyah Adwayabrahma, Rakryān Sirikan Dyah Sugatabrahma, Samgat Payānan Haṅ Dipaṅkaradāsa dan Rakryān Dmuṅ Pu Wira (Soemadio (ed.), 1984:84).

Prasasti yang dipahatkan di belakang sandaran arca Amoghapāśa dinamakan prasasti
Amoghapāśa B, ditulis dalam aksara Sumatra Kuno (yang sedikit berbeda dari aksara Jawa
Kuna) dan berbahasa Sanskerta. Prasasti ini dikeluarkan oleh Śrī Mahārājādhirāja
Ādityawarman atau Śrīmat Śrī Udayādityawarman, berangka tahun 1269 Śaka (= 1347
Masehi). Angka tahun tersebut ditulis dengan candrasangkala yaitu pataŋgacaraṇe nardānta
yang bernilai 1269 Śaka. Isinya secara garis besar mengenai pembangunan kembali/restorasi
bangunan suci yang rusak, pendirian sebuah arca Budha dengan nama Gaganagañja, nama
lain Amoghapāśa, ritual yang ditujukan kepada tokoh raja sebagai Jina di sebuah bangunan
suci budhis (Jinalaya). Kemudian menyebutkan kebajikan-kebajikan yang dilakukan oleh kepercayaan (umat) buddhis; memuji pengetahuan yang mendalam tentang latihan-latihan
yoga dari Mahāyāna yang tidak ada akhirnya; pujian terhadap sepasang suami istri dewa-
dewi Buddha Tantris (Mātaṅginīśa dengan Tārā) yang mempunyai sifat Buddha Mahayana,
walaupun lingkungan sekitarnya bersifat Śiwa. Berdasarkan uraian prasasti Amoghapasa
dapat diketahui bahwa agama yang dianut oleh sang raja adalah Buddha Mahayana aliran
Tantrayana.

Prasasti yang dipahatkan di alas arca yang berbentuk setengah lingkaran dinamakan prasasti
Amoghapāśa C. Prasasti ini belum penah dibaca dan diterbitkan oleh sarjana-sarjana
terdahulu (Damais 1955: 99, footnote 1; Trigangga, 2014: 4-5). Kemungkinan dikeluarkan
oleh Raja Ādityawarman juga. Kondisi tulisan pada beberapa bagian tampak aus dan sulit
dibaca. Meskipun demikian, dapat diidentifikasi aksara dan bahasa yang digunakan, yaitu
aksara Sumatera Kuno yang berbeda tipe dari aksara prasasti Amoghapāśa B dan berbahasa
Sanskerta.

Berdasarkan sejarah penemuannya, arca Amoghapāśa dan lapiknya yang berbentuk persegi
empat ditemukan terpisah. Bagian arca ditemukan sekitar tahun 1880-an di situs Rambahan ±10 km arah hulu sungai Batanghari, kabupaten Sawahlunto, Sumatra Barat. Penemuannya
pertama kali dilaporkan oleh kontrolir (pengawas) Twiss kepada Direksi Bataviaasch
Genootschap van Kunsten en Wetenschappen pada tahun 1884 (Krom, 1916:48). Saat ini
secara administratif situs rambahan terletak di Braholo, desa Rambahan, nagari Lubuak
Bulang, kecamatan Pulaupunjung, kabupaten Dharmasraya, Sumatra Barat. Sedangkan
bagian alas (lapik) arca ditemukan kemudian pada tahun 1911 di kompleks percandian
Padangroco, Jorong Sungai Langsat, nagari Siguntur, kecamatan Sitiung, kabupaten
Dharmasraya, Sumatera Barat. Kini kedua bagian itu disatukan kembali, arca Amoghapāśa
dan lapiknya disimpan di Museum Nasional Jakarta dengan nomor inventaris D.198 untuk
bagian prasasti dan 6469 untuk bagian arca.