M. Amir Sutaarga: Bapak Permuseuman Indonesia

  • Post author:
  • Post category:Berita

Nama Mohammad Amir Sutaarga, yang lahir di Kuningan, Jawa Barat, 5 Maret 1928, memang sulit untuk dipisahkan dari keberadaan Museum Nasional. Pada usia 22 tahun, setelah selesai ikut perang mempertahankan kemerdekaan RI dari serangan Belanda, Amir (demikian biasa dipanggil) mulai berkerja di lembaga Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen (BGKW).

Sesungguhnya sejak kecil ia bercita-cita menjadi pelaut dan belajar perkapalan di Belanda. Tetapi, setelah bertemu dengan Van der Hoop, seorang ilmuwan yang bekerja di BGKW, Pak Amir jatuh cinta pada museum. Sejak itu seluruh hidupnya diabdikan untuk kemajuan permuseuman di Indonesia.

Berkat keuletannya, Amir dipercaya menjabat sebagai sekretaris BGKW. Setelah Prof. Dr. Hoesein Djajadiningrat mengundurkan diri sebagai Kepala BGKW, Amir ditunjuk menjadi pengganti. Tugas berat yang dipikul oleh Amir adalah mepertahankan dan mengurus museum BGKW secara mandiri tanpa didukung dana dan didampingi ahli dari Belanda lagi. Amir Sutaarga tidak hanya mengurus museum BGKW yang kemudian berubah menjadi Museum Pusat, tetapi juga merintis pengembangan museologi di Indonesia.

Amir Sutaarga
Amir Sutaarga

Sepak terjang Amir Sutaarga dalam memajukan permuseuman di Indonesia telah menarik perhatian Komunitas Jelajah. Untuk menghargai jasanya pada event Museum Awards tahun 2012 Amir Sutaarga memperoleh anugerah Life Time Achievement di bidang permuseuman. Suatu penghargaan yang sangat pantas baginya yang telah mengabdikan diri sepanjang hayat untuk kemajuan Museum Nasional dan museum-museum di Indonesia. Tepatnya pada 1 Juni 2013, setahun setelah menerima penghargaan, Bapak Permuseuman Indonesia Amir Sutaarga meninggal dunia.