Harta Karun dari Muteran

  • Post author:
  • Post category:Berita

Harta karun Muteran merupakan salah satu kisah  partisipasi masyarakat dalam penemuan artefak- artefak bersejarah . Ketika sedang menggarap lahan pertanian pada tahun 1881, beberapa petani di Desa Muteran Keresidenan Surabaya, Jawa Timur (kini berada di Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur) tidak sengaja menemukan wadah logam besar berisi berbagai jenis benda dari emas dan perak. Temuan Desa Muteran diduga berasal dari masa raja Sindok hingga masa Majapahit sekitar abad ke-10 hingga ke-14 Masehi dilihat dari lokasi penemuannya. Seringkali temuan dari daerah ini dibandingkan dengan temuan Wonoboyo. Beberapa  temuan ini disimpan di Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen yang kini menjadi Museum Nasional. Beberapa temuan dari Muteran yang berbentuk sama diserahkan ke Museum van Oudheden (kini menjadi museum Volkekunde) di Belanda. Berikut ini adalah beberapa temuan Desa Muteran yang menjadi koleksi Museum Nasional, diantaranya :

Arca Kuwera

Duduk di atas bantalan bunga teratai ganda yang terletak di atas tatakan segi empat berundak-undak. Kaki kirinya diletakkan di atas bantalan teratai, sementara kaki kanannya dibiarkan menjuntai ke bawah. Tangan kanan bersikap varamudra di atas lutut. Tangan kirinya menggenggam sebuah kantong uang di atas paha. Memiliki prabhāmandala ganda. Prabhāmandala yang pertama berhias motif ikal, menempel pada bantalan teratai dan terbuat dari perak, di atasnya terdapat sebuah payung (chattra) yang juga terbuat dari perak. Prabhāmandala yang kedua lonjong pipih, menempel di belakang pundak, dan terbuat dari emas.

Arca Yakşī

Duduk dengan sikap padmāsana di atas bantalan bunga teratai ganda yang terletak di atas tatakan persegi empat. Tangan kanan bersikap varamudra di atas lutut, sedangkan tangan kirinya menggenggam sebuah bola kecil. Terdapat prabhāmandala berbentuk oval dihiasi motif ikal yang menempel pada bantalan teratai, dan di atasnya terdapat sebuah payung (chattra).

Arca Dhyani Buddha Wairocana

Duduk dengan sikap padmāsana di atas bantalan bunga teratai berkelopak ganda yang terletak di atas tatakan segi empat berundak-undak. Kedua tangan bersikap dharmacakramudra (memutar roda dharma), berambut ikal agak besar dan memiliki usnisa. Pada bagian belakang badan terdapat prabhāmandala dan sebuah chattra yang terbuat dari perak. Pada pundak belakang arca juga terdapat prabhāmandala berbentuk pipih lonjong dan terbuat dari emas. Wairocana menguasai mata angin di pusat.

Kalung

Terdiri dari lima buah bandul. Bandul yang letaknya di tengah berbeda bentuknya dari keempat bandul lainnya, yaitu berbentuk seperti daun palem muda dengan panjang 7 cm, sedangkan keempat bandul yang lain berbentuk seperti tangkai buah jambu mede, panjangnya 4,8 cm. Pada setiap bandul terdapat bagian yang berbentuk silinder dan berlubang untuk tali.

Kelat Bahu

Keyura atau kelat bahu berfungsi sebagai perhiasan yang digunakan secara melingkar pada bahu. Kelat bahu ini dibuat dengan menggunakan teknik tempa, dan didekorasi dengan menggunakan teknik repouse, yaitu pembuatan dekorasi dengan penempaan dari sisi belakang sehingga menimbukan hiasan seperti relief. Kelat bahu umumnya dikenakan pada lengan oleh keluarga raja atau bangsawan.

Ikat Pinggang

Ikat pinggang ini terdiri dari delapan buah jajaran genjang yang terpisah. Bagian tepinya dihias dengan motif lidah api kemudian bagian dalamnya hiasan motif untaian ratna dan ikal. Pada bagian tengah dari setiap jajaran genjang terdapat dua buah batu pasangan yang mengelilingi sebuah batu persegi. Panjang setiap jajaran genjang adalah 7 cm, dan panjang ikat pinggang secara keseluruhan adalah 57 cm.

Baca juga Artikel lainnya : https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/kantor-jaksa-manhattan-kembalikan-tiga-barang-antik-indonesia/

Kunjungi Website kami : https://www.museumnasional.or.id/