You are currently viewing Biografis Pahlawan Nasional: “Dewi Sartika dan Wahid Hasyim”

Biografis Pahlawan Nasional: “Dewi Sartika dan Wahid Hasyim”

  • Post author:
  • Post category:Berita

JAKARTA— Pada hari Kamis 7 Februari 2019, ESENSI (Imprint Penerbit Erlangga) mengadakan acara launching buku terbarunya yakni seri Biografis Pahlawan Nasional: “Dewi Sartika dan Wahid Hasyim” dengan tema: “Berkawan dengan Pahlawan: Menanamkan Nilai Kepahlawanan kepada Generasi Milenial”, pukul 13.30 – 15.30 WIB bertempat di Museum Nasional Indonesia, Jakarta.  Buku ini berbeda dengan buku kisah pahlawan nasional Indonesia lainnya karena disusun dengan visualisasi grafis menyerupai komik, pastinya disukai para siswa atau orang tua generasi milenial.

Adapun Narasumber acara ini Dr. (H.C.) Ir. KH. Salahuddin Wahid (Putra Ke-3 Pahlawan Nasional Wahid Hasyim), Dinny Dewi Krisna (Cucu dari Pahlawan Nasional Dewi Sartuka), Rafi Abdurrahman Ridwan (Perancang Busana Termuda di Indonesia dan Dunia), M. Husin (Kepala Seksi Bidang Kurikulum SMP & SMA Diknas Prov. DKI Jakarta), Mozes Sosa (Public Speaker) sebagai moderator.

Menurut Fikri Somyadewi, Brand Development Manager Esensi diterbitkan seri Biografis Pahlawan Nasional bertujuan agar anak-anak dan orang tua dapat mengenal pahlawan nasional Indonesia dengan cara yang menyenangkan. Sebagai bacaan visualisasi grafis, diharapkan bacaan ini dapat  lebih mudah menjembatani anak untuk meneladani sifat kepahlawanan yang sekaligus mendukung program Penguatan Pendidikan Karakter di sekolah.

Ditambahkan Fikri dalam penyusunan buku ini, Esensi bekerjasama dengan IKPNI yakni Ikatan Keluarga Pahlawan Nasional Indonesia. IKPNI, bekerja sama dengan salah satu komikus legendaris Indonesia, Daman Mansyur atau MAN, membuat biografi grafis ini yang menggambarkan secara singkat tentang kehidupan para Pahlawan Nasional dengan informasi yang bersumber langsung dari keluarga pahlawan yang bersangkutan. Buku ini juga diformulasikan sebagai panduan pengembangan diri siswa dan dikemas dalam bentuk visual grafis yang menarik agar para siswa yang notabene generasi milenial dapat menangkap pesan pemikirnya dengan luwes.

Sosok Wahid Hasyim dapat dikatakan sebagai kyai yang mandiri dan reformis. Wahid Hasyim berani untuk mengusulkan revolusi sistem pengajaran di pesantren untuk mengantar para santri menjadi berdaya dan mampu untuk tampil dalam kancah yang lebih tinggi, yang terwujud dalam pendirian lembaga pendidikan madrasah. Dari sana, ia berangkat membawa perubahan yang lebih besar, bagi umat, dan bagi bangsa yang ia harapkan untuk toleran dalam keberagaman ini.

Sosok Dewi Sartika selalu dikenang sebagai wanita yang mandiri dan kontroversial pada masanya. Di tengah kentalnya nilai-nilai tradisi, Dewi Sartika berani untuk mendobrak kekakuan tradisi yang membelenggu nasib para perempuan yang dirugikan. Visi besarnya untuk mengantar perempuan menjadi berdaya dan tidak henti belajar pun terwujud dalam pembentukan lembaga pendidikan bagi kaum perempuan. Dari sana, ia berangkat membawa perubahan, memberi pelajaran, dan terus mengambil pelajaran dari siswi-siswinya.