You are currently viewing Sidang Pertama Sumpah Pemuda 1928

Sidang Pertama Sumpah Pemuda 1928

  • Post author:
  • Post category:Sejarah

Sidang pertama diadakan pada hari sabtu malam tanggal 27 Oktober 1928, dimulai jam 19.30 dan berakhir jam 2.30, bertempat di gedung “Katholieke Jongenlingen Bond” Waterlooplein (Jalan Lapangan Banteng). Rapat dibuka oleh ketua “Sugondo Djojopuspito” dengan mengenangkan sejarah pergerakan bangsa Indonesia, mulai dari timbulnya Budi Utomo 1908, kemudian diuraikan tentang timbulnya perkumpulan pemuda bersifat kedaerahan, dilanjutkan dengan keterangan mengenai Kongres (Kerapatan) Pemuda Indonesia I tahun 1926, Kongres I dipimpin oleh Tabrani yang bermaksud menyiarkan persatuan, sedangkan Kongres II maksudnya ialah untuk meguatkan  perasaan persatuan dan kebangsaan.

Setelah mendengarkan uraian singkat dari ketua, maka sidang kemudian dilanjutkan dengan mendengarkan pidato dari Mohamad Yamin yang berjudul “Persatuan dan Kebangsaan Indonesia”. Pidato Moh. Yamin ini mempunyai nilai yang tinggi dan merupakan salah satu pidato brilian dari pemimpin pemuda Indonesia. Mohamad Yamin waktu itu berusia 25 tahun, seorang mahasiswa Rechts Hooge School tingkat I.

Arti Persidangan

Moh. Yamin merasa gembira berbicara dimuka persidangan ini, karena para undangan yang hadir datang dari seluruh Indonesia, dan terdiri dari anggota-anggota berbagai perkumpulan, dan peristiwa ini pertama kali terjadi dalam sejarah pergerakan pemuda Indonesia. Arti yang terkandung dalam persidangan ini besar sekali, karena persidangan bercita-cita menegakkan bangsa yang satu. Persatuan dan kebangsaan Indonesia ialah hasil fikiran dan kemauan sejarah yang sudah beratus-ratus tahun umurnya. Semangat yang selama ini masih tidur, sekarang telah bangun dan sadar, dan inilah yang dinamai roh Indonesia.

Persatuan Bukan Perbedaan

Kalau kita memandang tanah air dan bangsa Indonesia akan nampaklah kepada kita akan kesamaan dalam bahasa, adat dan nasib yang ditanggung serta kemauan.

Pada zaman purbakala bangsa Indonesia mempunyai daerah yang luas dan berlayar kemana-mana, pada waktu itu kita telah melihat persatuan dan cita-cita menuju persatuan, walaupun belum seperti sekarang ini. Sriwijaya waktu itu belum berhasil mewujudkan persatuan yang kita cita-citakan, dan kerajaan itu runtuh sebelum tujuan persatuan itu tercapai, karena waktu itu belum ada kemauan yang sebenar-benarnya.

Contoh yang kedua adalah kembangnya kerajaan Majapahit, dan dalam pengaruhnya pada beberapa tempat di tanah air, dapatlah kita pandang sebagai langkah menuju persatuan. Tapi persatuan itu tidak kekal karena dasarnya tidak mencukupi dan belum dikehendaki oleh rakyatnya,

Majapahit akhirnya runtuh seperti Sriwijaya. Bagi kita hendaklah mencari suatu ajaran supaya persatuan kita menjadi kokoh dan berarti. Contoh diatas itu dikemukakan, untuk menjelaskan kepada kita bahasa persatuan kita sesuatu yang lahir dari kita sendiri, jadi bukan semata-mata diterima atau dipengaruhi dari luar. Peradaban kita telah tinggi sebelum orang Belanda datang ke Indonesia, persatuan kita waktu itu bukannya tidak ada tetapi sedang tidur.

Kemudian Belanda dapat mempersatukan pulau-pulau kita, tapi mereka membawa sebagian besar hasil kita ke barat, keadaan ini berlangsung sampai abad ke 19, dan sejak itu lahirlah cita-cita hendak mendirikan persatuan atas kemauan kita semua.

Persatuan kita sekarang lahir atas kemauan dan semangat kita, kita sendiri yang melahirkan dan menimbulkannya, dan kita juga merasakan buruk dan baiknya. Bangunnya bangsa Indonesia di zaman ini tidak ada bandingannya dalam sejarah Asia Selatan. Persatuan kita bukan hanya sabagai maksud, tapi sudah membekas dalam pergerakan kita. Bagi pemuda, persatuan Indonesia merupakan darah daging mereka masing-masing yang menghidupkan tubuh kita.

Pemuda dan Persatuan

Pemuda harus berada ditengah-tengah persatuan dan kebangsaan kita, tidak boleh berada diluar atau dipinggirnya. Pemuda harus menyertai dan mengikuti panggilan persatuan dan kebangsaan, sesudah itu baru dapat kita mengambil putusan apa yang diharapkan dari pemuda tentang persatuan kebangsaan itu. Pemuda bukan meniru-niru pergerakan kebangsaan dari Eropa dan lain-lain negeri, tapi kita sendiri yang menghendakinya. Pemuda hatinya merdeka dan jiwanya bebas, dalam dadanya tersimpan kemauan zaman baru dan kegembiraan masa depan. Kemauan pemuda merupakan banjir yang tiada dapat dihambat, berdosa siapa yang berani menghambatnya. Pemuda tidak dapat menyingkirkan badan daripada cita-cita dan kewajibannya.

Sekarang bangsa kita berada dalam taraf yang rendah tempatnya dalam pergerakan hidup, dan bangsa kita harus mendapatkan tempat yang mulia dalam pergaulan hidup seperti bangsa yang merdeka. Isyaflah pemuda akan keadaan itu dan harapan masa datang terletak ditangan pemuda dan inilah kewajiban pemuda dalam pergerakan dan persatuan Indonesia. Bangsa kita selama bertahun-tahun dididik sebagai burung tidak bisa bernyanyi, minum, dan makan disuapi, dan dikatakan bangsa yang tidak berpahlawan.

Pahlawan-pahlawan Eropa seperti Napoleon, Wellington, dan Pieterzooncoen diajarkan kepada kita kegagaln dan kebesarannya. Sebaliknya pahlawan-pahlawan kita seperti Diponegoro, Imam Bonjol, Yose Rizal diukiskan sebagai orang yang mkurang benar, dan dalam udara kerendahan dalam pergaulan bangsa-bangsa.

Sekarang perasaan Indonesia sudah lahir, persatuan Indonesia sudah dijadikan pegangan, dan kita pemuda harus memikul beban itu. Saya berdiri dimuka sidang yang besar dan zaman yang besar yaitu zaman Indonesia Raya. Gunanya kita berapat ialah memperhatikan perasaan dan kemauan Indonesia. Persatuan Indonesia bukan sesuatu yang kosong, tetapi dipersatukan oleh beberapa ikatan yang dibuat oleh kita sendiri dan sejarahnya.

Sumber : Buku Peranan Kramat Raya