You are currently viewing Pergerakan Pemuda Berdasarkan Nasional Indonesia

Pergerakan Pemuda Berdasarkan Nasional Indonesia

  • Post author:
  • Post category:Sejarah

Jiwa persatuan Indonesia dikalangan pemuda makin lama makin terasa dan bahwa perjuangan kedaerahan akan memecah persatuan saja. Dikalangan pemuda memang masih terdapat juga golongan yang bersikap tegang, dan masih berpegang pada azas lingkungan daerahnya. Sebaliknya ada pula kelompok pemuda yang sudah jauh bergerak dan tegas menghendaki persatuan ( fusi ) dikalangan pemuda, terutama pelajar-pelajar dan mahasiswa. Diantara kelompok-kelompok pemuda yang sudah mempunyai pendirian persatuan Indonesia dapat kita kemukakan :

  1. Pemuda Indonesia. Pemuda-pemuda di Bandung yang merasa dirinya semata-mata orang Indonesia, merasa tidak sanggup lagi duduk dalam perkumpulan pemuda yang masih berdasarkan kedaerahan. Atas dorongan Mr. Sartono dan Mr. Sunario ( Bekas anggota pengurus Perhimpunan Indonesia di negeri Belanda ), maka pada tanggal 20 Februari 1927 oleh pemuda-pemuda Bandung itu didirikan “Jong Indonesia”. Nama ini dalam kongres pertama Desember 1927 dirubah menjadi “Pemuda Indonesia”. Dalam kongres itu anggaran dasar ditetapkan.dan sebagai tujuan disebutkan menyebarkan dan memperkuat cita-cita kebangsaan Indonesia pada rakyat Indonesia, sesuai dengan tujuan Perhimpunan Indonesia (PI). Usahanya antara lain dengan jalan bekerjasama dengan perkumpulan pemuda lain, memajukan “Kepanduan Bangsa Indonesia” National Padvinders Organisatie (NPO) oleh Mr. Sunario dan berolahraga bersama.Perhimpunan pemuda Indonesia ini, yang pada kongresnya tersebut juga memutuskan untuk memakai bahasa Indonesia ( Melayu ) sebagai bahasa bersama, dengan cepat tersebar diseluruh Jawa. Diantara pemimpinnya terdapat Sugiono, Sunardi Moeljadi, Soepangkat, Agoes Prawiranata, Soekamso, Soelasmi, Katjasungkono dan Abdulgani, ketua pertamanya adalah Sugiono. Cabang Jakarta dan Bandung mempunyai bagian pemudi yang diberi nama “Putri Indonesia”.Meskipun tidak ikut dalam praktek politik, jiwa Pemuda Indonesia penuh dengan cita-cita politik dan sangat mendorong kearah pemakaian bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan. Persatuan batin dengan Partai Nasional Indonesia ( PNI ) dan pemimpin-pemimpinnya tidak disembunyikan dan dikatakan dengan terus terang.Umumnya keanggotaan Pemuda Indonesia terdiri dari murid-murid sekolah AMS, tetapi terdapat pula mahasiswa-mahasiswa dari RHS dan STOVIA begitu pula THS di Bandung. Pemuda Indonesia sudah berpegang pada pengertian nasionalisme yang mencakup seluruh Indonesia, tidak lagi terbatas pada pulau-pulau atau daerah. Pemuda Indonesia juga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar yang berasal dari bahasa Melayu itu, dengan demikian sudah bekerja untuk unifikasi seluruh bangsa.
  2. Perhimpunan Indonesia (PI).Para pemuda kita yang menuntut pelajaran di negeri Belanda juga tidak mau ketinggalan dalam pergerakan pemuda ini. Perhimpunan pelajar-pelajar Indonesia di negeri Belanda ini dulunya bernama “Indische Vereninging” (Perkumpulan Hindia) didirikan pada tahun 1908 sudah merupakan suatu organisasi yang bersikap umum Indonesia.Tujuan membentuk perkumpulan ini untuk mencapai Indonesia merdeka dengan menyatukan berbagai golongan dalam satu bangsa untuk dapat mematahkan kekuasaan pemerintah Hindia Belanda. Dalam lapangan politik PI bekerjasama dengan partai-partai politik, dan partai-partai politik di Indonesia kemudian mengakui kepemimpinan PI. Sebagai pos terdepan (vorpost) di Eropa PI mendukung azas demokrasi dan menganjurkan politik non kooperasi. Pemimpin-pemimpin PI yang terkenal ialah Moh. Hatta, Achmad Subardjo, Gatot Tanumihardja, Nazir Dt Pamutjak, Moh Nazif, Darmawan Mangunkusumo, Iwa Kusuma Sumantri, Dr. Sutomo dan Sukiman Wiryosandjojo. Disamping dengan partai politik khususnya dengan PNI yang didirikan 4 Juli 1927 oleh Ir. Soekarno, Ir. Anwari, Mr. Sartono, Mr. Iskaq, Mr. Sunario, Mr. Budiarto. PI juga mengadakan hubungan erat dengan sudie club di Bandung, PI telah memberikan jawaban yang tepat terhadap tantangan penjajah Belanda. Adapun dasar landasan dan pemikiran kebangsaan yang komplek dikalangan PI telah dipercepat prosesnya karena adanya pandangan dan teori kebangsaan dari Ernest Renan, seorang ahli filsafat dari Perancis, yang pada tahun 1882 membuat pidato termashur tentang nasionalisme berjudul “Apakah Natie” atau bangsa itu (Qu’est cu qu’une nation).Pidato Ernest Renan telah diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia oleh salah seorang pengurus PI Mr. sunario.Ernest Renan mengatakan bahwa suatu bangsa itu timbul karena menghayati satu nasib yang sama dan sepenanggungan dalam suka dan duka. Dalam sejarah bangsa Indonesia yang terdiri dari banyak suku itu yang berasal dari sumber yang sama dan nasib yang sama. Teori Renan itu memang mempercepat proses penyatuan kembali bagi bangsa kita, sebagai bangsa dalam artian suatu nation yang modern dan demokratis. Selain faktor sejarah dan persatuan menurut teori Ernest Renan tersebut, faham kebangsaan kita juga dipengaruhi oleh factor geopolitik.PI juga untuk pertama kali (1920 ) mengibarkan bendera nasional merah putih, hanya ditengahnya ditambah dengan gambar kepala kerbau, lambang rakyat kita yang berani sesuai dengan gagasan Multatuli. Di Indonesia kemudian oleh PNI diganti dengan kepala banteng. Memang besar sekali pengaruh PI terhadap perkembangan pergerakan nasional Indonesia dengan majalah “Indonesia Merdeka” terhadap PPPI, dan berdirinya PNI melaksanakan ide PI di Indonesia “Percaya kepada diri sendiri, tidak meminta bantuan kepada siapapun dan pihak manapun, menentukan nasib sendiri dan tidak bekerjasama dengan pemerintah kolonial” ( Penjelasan Prof. Achmad Subardjo). Disamping mengadakan hubungan dan kerjasama dengan pergerakan politik di Indonesia, PI juga mengadakan hubungan dengan Liga Internasional Anti Imperialis yang berjuang melawan penindasan kolonial. Dalam pertemuan dengan Liga Internasional ini dalam kongres Moh. Hatta dan Achmad Subardjo buat pertama kali bertemu dengan Pandit Jawaharlal Nehru dari India dan pemimpin-pemimpin negara lain. Disebabkan karena alasan-alasan tersebut diatas, maka akhirnya empat pemimpin PI yakni Moh. Hatta, Abdul Madjid Djajadiningrat, Nazir Dt Pamuntjak, dan Ali Sastroamidjojo ditangkap dan dimasukkan kedalam penjara oleh pemerintah Belanda (Akhir tahun 1927 ). Tetapi sesudah diajukan kemuka pengadilan, para pemimpin PI itu kemudian dibebaskan kembali oleh hakim pemerintah Belanda karena tidak terbukti kesalahannya, menurut dakwaan menghasut rakyat Indonesia untuk memberontak.
  3. Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI). Perkumpulan ini mulai didirikan pada tahun 1925, tetapi baru tahun 1926 diresmikan. Anggotanya terdiri dari mahasiswa sekolah-sekolah tinggi di Jakarta dan Bandung ( Rechts Hoogeschool , Medische Hoogeschool, Technische Hoogeschool).Azas dari PPPI didasarkan kepada berjuang untuk kemerdekaan bangsa dan mengidamkan Indonesia Raya. PPPI bercita-cita mendidik anggota-anggotanya menunaikan kewajiban dalam masyarakat, dan berjuang untuk kemerdekaan bangsa.Sebutan “Mahasiswa” pada masa itu belum lazim, pelajar adalah terjemahan dari student atau mahasiswa disebut student saja. Pelajar mengandung arti mereka yang kelak menjadi orang terpelajar, sedangkan pemuda dari sekolah lanjutan (MULO dan AMS) disebut murid.Moh. Yamin pernah mengusulkan istilah mahasiswa bagi student, tetapi ditolak karena dianggap istilah itu terlalu bombastis. Tokoh-tokoh diantaranya adalah : Sugondo Djojopuspito, Sigit, Abdul sjukur, Gularso, Sumitro, Samijono, Hendromartono, Subari, Rohjani, S. Djoened Poesponegoro, Kuntjoro, Wilopo, Surjadi, Moh. Yamin, A.K Gani, Abu Hanifah. Antara PPPI di Indonesia dengan PI di negeri Belanda terdapat hubungan batin yang erat, walaupun pelaksanaannya ternyata dalam keadaan penuh bahaya, dan karenanya PI di negeri Belanda menerbitkan majalah bernama “Indonesia Merdeka” yang penuh berisi artikel-artikel yang mengupas masalah persatuan bangsa, hak mengatur diri sendiri, non kooperasi. Pemerintah Belanda menganggap majalah PI ini berbahaya dan melarangnya untuk disampaikan ke alamat-alamat di Indonesia, bertentangan dengan undang-undangnya sendiri. Jadi pemuda PPPI hanya secara selundupan  dapat juga menerima majalah PI itu, meskipun tidak teratur. Majalah ini dikirim melalui pegawai-pegawai kantor pos bangsa Indonesia yang bertugas menyortir surat dan kiriman dari negeri Belanda. Pegawai-pegawai pos itu menaruh simpati kepada pergerakan pemuda kita, walaupun perbuatannya itu mengandung resiko yang berat. Sesudah surat-surat masuk dari negeri Belanda, pegawai pos yang setia dengan cepat dan diam-diam memasukkan majalah PI kedalam bajunya dan menyerahkannya kepada pemuda-pemuda kita, khususnya di Jakarta. Pengaruh PI jadi memang besar sekali, juga terhadap gerakan perjuangan pemuda di Indonesia, ia bersifat mendorong (Stimuleren). Pengaruh ini lebih besar lagi sesudah adanya proses terhadap pemuda-pemuda PI pada tanggal 22 September 1927.PPPI juga menerbitkan majalah yang bernama “Indonesia Raya”, Abu Hanifah pernah menjadi ketua redaksi majalah ini. Organisasi tersebut diatas merupakan kelompok pemuda-pemuda yang jelas mempunyai pandangan dan cita-cita Indonesia yang bersatu. Ketiga organisasi pemuda ini yaitu PI, Pemuda Indonesia dan PPPI telah bersedia melebur diri (Fusi) karena telah betul-betul menghendaki persatuan Indonesia. Tetapi disamping ketiga organisasi pemuda ini, masih ada juga organisasi-organisasi pemuda yang belum siap menerima peleburan (Fusi). Organisasi-organisasi itu belum dapat melepaskan identitasnya sebagai organisasi pemuda daerah, tetapi mereka menyetujui adanya federasi (Gabungan). Federasi adalah persatuan juga tetapi hanya sekedar gabungan dari perkumpulan pemuda-pemuda daerah yang tetap berdiri bebas masing-masing. Fusi jauh lebih erat dan kuat daripada federasi dan mencerminkan persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia sendiri. Waktu itu soal fusi dan federasi merupakan tema yang hangat sekali.

Sumber : Buku Peranan Kramat Raya