You are currently viewing Kunjungan Kedinasan dari Dinas Kebudayaan, Peninggalan Bersejarah dan Permuseuman Kota Sawahlunto

Kunjungan Kedinasan dari Dinas Kebudayaan, Peninggalan Bersejarah dan Permuseuman Kota Sawahlunto

  • Post author:
  • Post category:Berita

Jakarta, 28 Maret 2018. Kemarin Museum Sumpah Pemuda kedatangan tamu dari Dinas Kebudayaan, Peninggalan Bersejarah dan Permuseuman Kota Sawahlunto Sumatera Barat. Rombongan datang sekitar pukul 12.30 WIB dan diterima langsung oleh Ibu Endang Pristiwaningsih selaku Edukator Museum Sumpah Pemuda. Tujuan kedatangan dari Dinas Kebudayaan, Peninggalan Bersejarah dan Permuseuman adalah dalam rangka pengembangan metode pengelolaan museum dan bench-marking bagi bidang kebudayaan untuk dapat mensingkronkan pengelolaan museum dengan kekayaan seni budaya.

Ibu Marwati, S.Pd., M.Sn selaku Kepala Bidang Kebudayaan yang mewakili Kepala Bidang Permuseuman menyampaikan keiinginannya untuk membangun Museum DJamaludin Adi Negoro di Kota Sawahlunto. DJamaludin Adi Negoro adalah adik sastrawan dan pejuang Muhammad Yamin. Dan mereka saudara satu bapak, akan tetapi lain ibu. Ayah Adinegoro bernama Usman dengan gelar Baginda Chatib dan ibundanya bernama Sadarijah, sedangkan nama ibu Muhammad Yamin adalah Ibu Rohimah. Ia memiliki seorang istri bernama Alidas yang berasal dari Sulit Air, X Koto Di atas, Solok, Sumatera Barat. Muhammad Yamin selain sastrawan juga aktif dalam organisasi kepemudaan dari Jong Sumatranen Bond.

Pada waktu bersekolah di STOVIA (School tot Opleiding van Indische Artsen) sekarang ini Museum Kebangkitan Nasional, Adinegoro terpaksa memakai nama samaran, karena ketika bersekolah tidak diperbolehkan menulis. Padahal, pada wakti itu keinginannya untuk menulis sangat tinggi. Maka dari itu digunakannya nama samaran Adinegoro tersebut sebagai identitasnya yang baru. Ia pun bisa menyalurkan keinginannya untuk mempublikasikan tulisannya tanpa diketahui orang bahwa Adinegoro itu adalah Djamaluddin gelar Maradjo Sutan. Akhirnya nama Adinegoro sebagai sastrawan lebih terkenal daripada nama aslinya, Djamaluddin.

Adinegoro sempat belajar di kota Berlin Jerman selama 4 tahun. Kemudian disana mendalami tentang jurnalistik. Adinegoro juga mempelajari tentang ilmu kartografi, geografi, politik, dan geopolitik. Dengan memiliki pengalaman belajar di Jerman tentunya banyak ilmu pengetahuan dan wawasannya, terutama di bidang jurnalistik. Adinegoro lebih dikenal sebagai wartawan daripada sastrawan.